BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker paru
merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50
tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru yang mengejutkan.
American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam
tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat
tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun,
sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker
Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker
payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik,
prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit
merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (5%),
life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya
disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker
paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun. Kelompok akan membahas Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker paru dengan kasus pada tuan J. Diharapkan
perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta
dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif,
promotof, kuratif dan rehabilitatif.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana
asuhan keperawatan dengan pasien menderita penyakit cancer paru.
1.3 Tujuan
- Tujuan Umum:
Menjelaskan
asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
2.
Tujuan Khusus:
- Menjelaskan konsep dasar dari
penyakit kanker paru
- Menjelaskan definisi dari
penyakit kanker paru
- Menjelaskan etiologi dari
penyakit kanker paru
- Menjelaskan patofisiologi kanker
paru
- Menjelaskan Stadium kanker paru
- Menjelaskan manifestasi klinis
kanker paru
- Menjelaskan pemeriksaan
diagnostik dan penatalaksanaan pada kanker paru
- Menjelaskan komplikasi pada
kanker paru
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil sebagai
berikut :
1. Mengetahui Penatalaksaan pada klien
kanker paru
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada
klien kanker paru
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Kanker
paru
Kanker paru
merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas
dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi,
2000). JENIS TUMOR PARU
Kanker paru-paru adalah
pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat
disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok.( Suryo,
2010)
Terdapat 4 jenis umum kanker paru:
tiga karsinoma sel besar dan satu karsinoma sel kecil. Karsinoma sel besar
adalah karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma sel besar.
Karsinoma sel skuamosa sebanyak
30% dari kanker paru. Kanker ini jelas berkaitan dengan asap rokok dan pajanan
dengan toksin-toksin lingkungan, seperti asbestosdan komponen polusi udara.
Tumor sel skuamosa biasanya terletak di bronkus pada sisi tempat bronkus masuk
ke paru, yang disebut hilus, yang kemudian meluas kebawah ke bronkus. Karena
bronkus pada derajat tertentu mengalami obstruksi, dapat terjadi atelektasis
absorpsi dan pneumonia, serta penurunan kapasitas ventilasi. Tumor ini tumbuh
retif lambat dan memiliki prognosis yang paling baik, yaitu kemungkinan hidup
lima tahun jika didiagnosos sebelum metastasis.
Adenokarsinoma
adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjar paru. Tumor ini biasanya
terjadi dibagian perifer paru, termasuk bronkiolus terminal dan alveolus.
Kanker Jenis ini terhitung sekitar 30% dari kanker paru dan lebih tinggi
diantara wanita. Adenokarsinoma biasanya berukuran keci dan tumbuh lambat,
tetapi bermetastasis secara dini dan angka bertahan hidup sampai 5 tahunnya
buruk.
Kanker sel besar
Takberdiferensiasi sangat anaplastik dan cepat bermetastasis. Tumor ini sekitar
10-15% dari semua kanker paru, sering terjadi di bagian perifer dan meluas
kearah pusat paru. Tumor ini berkaitan erat dengan merokok dan dapat
menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis ini mamiliki prognosis berthan hidup yang
sangat buruk.
Karsinoma sel kecil sekitar 25%
dari semua sel kanker paru. Tumor jenis ini juga disebut sebagi karsinoma oat
cell dan biasanya tumbuh dibagian tengah paru. Karsinoma sel kecil sejenis
tumor yang bersifat sangat anaplastik, atau embrionik, sehingga memperlihatkan
insiden metastasis yang tinggi. Tumor ini sering merupakan tempat produksi
tumor ektopik dan dapat menyebabkan gejala awal berdasarkan gangguan endokrin.
Metastasis paru yang timbul ada tumor ini juga disebabkan obstruksi aliran
udara. Tumor jenis ini mungkin merupakn jenis yang paling sering dijumpai pada
perokok, dan memiliki prognosis paling buruk. (elizabeth, 2008)
Pembagian
praktis untuk tujuan pengobatan :
- Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Gambaran histologinya yang khas
adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mucus dengan
sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nucleoli. Disebut juga “oat cell
carcinoma” karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum, sel kecil ini
cenderung berkunpul sekeliling pembuluh darah halus menyerupai psedoroset.
Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis.
DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap disekitar pembuluh darah
2.
Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
karsinoma skuamosa, adeno karsinoma, karsinoma sel besar.
Karsinoma sel skuamosa/karsinoma
bronkogenik. Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratisasi dan
pembentukan “bridge” intraseluler, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang
nyata dari dysplasia skuamosa ke karsinoma insitu
Klasifikasi
histologist WHO 1999 untuk tumor paru dan tumor pleura : Epithelia tumors
- Benign
- Preinsasive
- Malignant
- Large cell carcinoma
- Adenosquamous carcinoma
- Carcinoma woth pleomorphic sarcomatoid or sarcomatous
element
- Carcinoid tumor
- Carcinomas of salicary gland tyepe
Gambaran klinis kanker paru
- Metastasis
Pada fase awal kebanyakan kanker
paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala
berarti psien dalam stadium lanjut
Gejala-gejala dapat bersifat :
- Lokal (tumor setempat)
- Batuk baru atau batuk lebih hebat
pada batuk kronis
- Hemoptisis
- Mengi (wheezing, stridor) karena
ada obstruksi saluran napas
- Kadang terdapat kavitas seperti
abses paru
- Aelektasis
- Invasi local
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke pericardium terjadi
temponade atau aritmia
- Sindrom vena cava superior
- Sindrom Horner (facial
anhidrosis, ptosis, miosis)
- Suara sesak, karena penekanan
pada nervus laryngeal recurrent
- Syndrome Pancoasta karena invasi
pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis
- Gejala penyakit metastasis
- Pada otak, tulang, hati,
adrenal
- Limfadenopati servikal dan
supraklavikula (sering menyertai metastasis
- Sindrom Paraneoplastik :
Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
- Sistemik :
penurunan berat badan, anoreksia, demam
- Hematologi :
leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Hipertrofi :
osteoartropati
- Neurologic :
dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin :
sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
- Dermatologi :
eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
- Renal :
syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
- Asimtomatik
denagn kelainan radiologis
- Sering
terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
- Kelainan
berupa nodul soliter
2.2 Etiologi
Rokok
Penyebab kanker paru-paru yang pertama adalah rokok, kanker paru-paru berhubungan erat dengan rokok. Sekitar 90% kanker paru-paru terjadi sebagai akibat dari konsumsi tembakau. Resiko terjadinya kanker paru-paru meningkat seiring jumlah rokok yang anda hisap dari waktu ke waktu. Dokter menyebut resiko ini dalam "pack-years of smoking history" (berapa bungkus rokok yang anda hisap per hari dikalikan dengan berapa tahun anda merokok).
Penyebab kanker paru-paru yang pertama adalah rokok, kanker paru-paru berhubungan erat dengan rokok. Sekitar 90% kanker paru-paru terjadi sebagai akibat dari konsumsi tembakau. Resiko terjadinya kanker paru-paru meningkat seiring jumlah rokok yang anda hisap dari waktu ke waktu. Dokter menyebut resiko ini dalam "pack-years of smoking history" (berapa bungkus rokok yang anda hisap per hari dikalikan dengan berapa tahun anda merokok).
Sebagai contoh, seseorang yang
menghisap 2 bungkus rokok per hari dan sudah merokok selama 10 tahun, memiliki
20 pack-year of smoking history. Jika resiko terjadinya kanker paru-paru sudah
meningkat bahkan hanya dengan 10 pack-year of smoking history saja, tentu saja
mereka yang memiliki 20 pack-year of smoking history atau lebih akan memiliki
resiko kanker paru-paru yang lebih besar lagi. Diperkirakan 1 dari 7 orang yang
menghisap 2 bungkus rokok atau lebih per hari akan meninggal akibat kanker
paru-paru.
Pipa cangklong atau cerutu juga
dapat menyebabkan kanker paru-paru
walaupun resikonya tidak setinggi rokok. Seseorang yang menghisap 1 bungkus
rokok per hari memiliki resiko kanker paru-paru 25 kali lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Sedangkan mereka yang menghisap
pipa cangklong atau cerutu hanya memiliki resiko kanker paru-paru 5 kali lebih
besar dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.
Rokok tembakau mengandung lebih
dari 4000 senyawa kimia, beberapa di antaranya telah terbukti bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). 2 karsinogen utama dalam rokok
tembakau adalah zat kimia yang dikenal sebagai nitrosamin dan Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAH). Resiko terjadinya kanker paru-paru menurun setiap
tahun setelah berhenti merokok karena sel-sel normal berkembang dan
menggantikan sel-sel paru-paru yang rusak akibat rokok. Resiko terjadinya
kanker paru-paru bagi mereka yang dulunya merokok baru akan mulai mendekati resiko
terjadinya kanker paru-paru pada mereka yang tidak pernah merokok sama sekali,
setelah sekitar 15 tahun berhenti merokok.
Perokok pasif
Penyebab kanker paru-paru yang
yang kedua adalah perokok pasif, yaitu seseorang yang tidak merokok namun
menghirup asap rokok tembakau dari perokok yang berada dalam lingkungan yang
sama, juga mengalami peningkatan faktor resiko terjadinya kanker paru-paru.
Penelitian menunjukkan perokok pasif memiliki peningkatan resiko kanker
paru-paru sebesar 24% jika dibandingkan dengan mereka yang hidup di lingkungan
bebas rokok. Di Amerika Serikat diperkirakan 3000 orang yang meninggal akibat
kanker paru-paru setiap tahun adalah perokok pasif.
Asbestos
Penyebab kanker paru-paru yang ketiga adalah serat asbestos. Serat asbestos adalah serat silikat yang dapat bertahan seumur hidup dalam jaringan paru-paru. Lingkungan kerja adalah tempat yang umum untuk terpapar serat asbestos, karena asbes dipergunakan secara luas di masa lalu sebagai bahan isolator panas dan penyekat suara. Saat ini, penggunaan asbes dibatasi bahkan dilarang di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat. Kanker paru-paru dan mesothelioma (kanker pada pleura (lapisan pembungkus paru-paru) atau peritonium (lapisan rongga perut)) dihubungkan dengan serat asbestos. Merokok meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker paru-paru pada pekerja yang terpapar serat asbestos secara drastis. Pekerja yang terpapar serat asbestos dan tidak merokok memiliki resiko kanker paru-paru 5 kali lipat. Sedangkan jika ia merokok resikonya menjadi 50 – 90 kali lebih besar.
Penyebab kanker paru-paru yang ketiga adalah serat asbestos. Serat asbestos adalah serat silikat yang dapat bertahan seumur hidup dalam jaringan paru-paru. Lingkungan kerja adalah tempat yang umum untuk terpapar serat asbestos, karena asbes dipergunakan secara luas di masa lalu sebagai bahan isolator panas dan penyekat suara. Saat ini, penggunaan asbes dibatasi bahkan dilarang di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat. Kanker paru-paru dan mesothelioma (kanker pada pleura (lapisan pembungkus paru-paru) atau peritonium (lapisan rongga perut)) dihubungkan dengan serat asbestos. Merokok meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker paru-paru pada pekerja yang terpapar serat asbestos secara drastis. Pekerja yang terpapar serat asbestos dan tidak merokok memiliki resiko kanker paru-paru 5 kali lipat. Sedangkan jika ia merokok resikonya menjadi 50 – 90 kali lebih besar.
Gas radon
Penyebab kanker paru-paru keempat
adalah gas radon. Gas radon adalah gas alam yang inert (non reaktif), berasal
dari uranium yang meluruh dan memancarkan radiasi ionisasi. Gas radon dikenal
sebagai penyebab kanker paru-paru, dengan perkiraan sekitar 12% kematian
(15.000 – 22.000 orang per tahun) akibat kanker paru-paru disebabkan olehnya.
Gas radon dapat keluar dari dalam tanah dan memasuki rumah melalui fondasi,
lantai, dinding, langit-langit, saluran air maupun celah lainnya. Gas radon
tidak dapat terlihat dan tidak berbau, namun dapat dideteksi dengan tes
sederhana.
Kecenderungan genetik
Penyebab kanker paru-paru kelima
adalan kecenderungan genetik. Walaupun mayoritas kanker paru-paru dihubungkan
dengan rokok tembakau, fakta bahwa tidak semua perokok akhirnya terserang
kanker paru-paru menunjukkan faktor lainnya seperti faktor genetik mungkin
berperan dalam menyebabkan kanker paru-paru. Penelitian terbaru telah menemukan
lokasi pada lengan panjang (q) kromosom nomor 6 yang mungkin mengandung gen
yang meningkatkan kerentanan terjadinya kanker paru-paru pada perokok.
Riwayat kanker paru-paru
sebelumnya
Penyebab kanker paru-paru keenam
adalah riwayat kanker
paru-paru sebelumnya. Orang yang selamat dari kanker paru-paru, memiliki
resiko yang lebih besar untuk terserang kanker paru-paru kembali. Mereka yang
selamat dari Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) memiliki resiko tambahan 1-2%
per tahun untuk terserang kanker paru-paru kembali, sedangkan mereka yang
selamat dari Small Cell Lung Cancer (SCLC) resikonya mendekati 6% per tahun.
Polusi Udara
Penyebab kanker paru-paru yang
ketujuh adalah polusi udara. Polusi udara dari kendaraan bermotor,
industri, dan pembangkit tenaga listrik dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya kanker paru-paru. Lebih dari 1% kematian akibat kanker paru-paru
diperkirakan sebagai akibat dari polusi udara. Para ahli yakin bahwa terpapar
udara yang berpolusi tinggi berkepanjangan dapat memberi resiko yang sama
dengan perokok pasif.
Faktor
Risiko Kanker Paru
a) Laki-laki
b) Usia lebih dari 40 tahun
c) Pengguna tembakau (perokok putih, kretek
atau cerutu)
d) Hidup atau kontal erat dengan lingkungan
asap tembakau (perokok pasif)
e) Radon dan asbes
f) Lingkungan industri tertentu
g) Zat kimia, seperti arsenik
h) Beberapa zat kimia organik
i) Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
j) Polusi udara
k) Kekurangan vitamin A dan C
Seseorang yang termasuk golongan
risiko tinggi (GRT) jika mempunyai keluhan napas (gangguan respirasi) seperti
batuk, sesak napas, nyeri dada, sebaiknya segera meneriksakan diri dan dirujuk
ke dokter spesialis paru
2.3
Patofisiologi
Dari etiologi
yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus
ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada
kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
2.4 Manifestasi
Klinis
1) Gejala awal. Stridor lokal dan
dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi pada bronkus.
2) Gejala umum.
- Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh
massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk
sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental
dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
- Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
- Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
2.5 Stadium Kanker paru
Stadium
kanker paru-paru mengacu pada tingkatan seberapa jauh tumor menyebar dalam
tubuh
Non-Small Cell Lung Cancer
(NSCLC), stadium ditentukan berdasarkan keparahannya :
- Stadium I, kanker terbatas pada paru-paru
- Stadium II dan III, kanker mungkin
telah menyebar ke limfe (kelenjar getah bening)
- Stadium IV, kanker telah menyebar
keluar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya.
Small Cell Lung Cancer (SCLC),
stadium menggunakan sistem berjenjang :
- Limited Stage (LS), kanker
terbatas pada daerah asalnya dalam paru-paru dan menyebar ke limfe
(kelenjar getah bening)
- Extensive Stage (ES), kanker telah
menyebar ke bagian tubuh yang jauh dari paru-paru
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1) Radiologi.
1.
Foto thorax
posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan
bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara
pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Laboratorium.
a.
Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b.
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat
dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c.
Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat
dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
3) Histopatologi.
a.
Bronkoskopi.
Memungkinkan
visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
b.
Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi
dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c.
Torakoskopi.
Biopsi
tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d.
Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e.
Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4) Pencitraan.
a.
CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b.
MRI
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan
pengobatan kanker dapat berupa :
1.
Kuratif
Memperpanjang
masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2.
Paliatif.
Mengurangi
dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3.
Rawat rumah
(Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi
dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4.
Supotif.
Menunjang
pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu
Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1.
Pembedahan.
Tujuan
pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru
–paru yang tidak terkena kanker.
1.
Toraktomi
eksplorasi.
Untuk
mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya
karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2.
Pneumonektomi (pengangkatan
paru).
Karsinoma
bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3.
Lobektomi
(pengangkatan lobus paru).
Karsinoma
bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4.
Resesi
segmental.
Merupakan
pengankatan satu atau lebih segmen paru.
5.
Resesi
baji.
Tumor
jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji
(potongan es).
6.
Dekortikasi.
Merupakan
pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
7.
Radiasi
Pada
beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai
terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
8.
Kemoterapi.
Kemoterapi
digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.
BAB 3
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.3 Diagnosa
Keperawatan dan Rencana Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan Hipoventilasi.
Kriteria hasil
: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/situasi.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji status pernafasan dengan
sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya
pernafasan atau perubahan pola
nafas.
Catat ada atau tidak adanya
bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya
krekels, mengi.
Kaji adanmya sianosis
Kolaborasi pemberian oksigen
lembab sesuai indikasi
Awasi atau gambarkan seri GDA.
|
Dispnea merupakan mekanisme
kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
Bunyi nafas dapat menurun, tidak
sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan
cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane
alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan
nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
Penurunan oksigenasi bermakna
terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah,
bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
Memaksimalkan sediaan oksigen
untuk pertukaran.
Menunjukkan ventilasi atau
oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator
kebutuhan perubahan terapi.
|
2. Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi silia, peningkatan
jumlah/viskositas secret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas.
Kriteria hasil : Menyatakan/
menunjukkan hilangnya dispnea.
Mempertahankan
jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih Mengeluarkan sekret tanpa
kesulitan.
Menunjukkan perilaku untuk
memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalan nafas.
Intervensi
|
Rasional
|
Catat perubahan upaya dan pola
bernafas.
Observasi penurunan ekspensi
dinding dada dan adanya.
Catat karakteristik batuk
(misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan
karakteristik sputum.
Pertahankan posisi tubuh/ kepala
tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk
efek samping merugikan dari
obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
|
Penggunaan otot interkostal/
abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan
peningkatan upaya bernafas.
Ekspansi dad terbatas atau tidak
sama sehubungan dengan akumulasi cairan,
edema, dan sekret dalam seksi
lobus.
Karakteristik batuk dapat
berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal
perbafasan. Sputum bila ada
mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
Memudahkan memelihara jalan
nafas atas paten bila jalan nafas pasein
dipengaruhi.
Obat diberikan untuk
menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas
sekret, memperbaiki ventilasi,
dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan
perubahan dosis/ pilihan obat.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN.
Kanker paru
merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun
pria, yang sering kali di sebabkan
oleh merokok. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus,
menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan
metastasis dan prognosis.
Karena tidak ada penyembuhan dari
kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan
misalnya dengan berhenti merokok
karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker
paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi. Pengobatan
pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor. Sayangnya,
sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali
didiagnosa.
Asuhan keperawatan pascaoperasi
klien setelah bedah toraks berpusat pada peningkatan ventilasi dan reekspansi
paru dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem
drainage tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri,
meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap perdarahan dan
emfisema subkutan.
4.2 SARAN.
Dalam
menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Paru diperlukan
pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
Informasi atau pendidkan kesehatan
berguna untuk klien dengan kanker paru misalnya
mengurangi atau menghentikan
kebiasaan merokok, memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya.
Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010
http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=3,
diakses 17 November 2010 jam: 19.26
Anonymous. 2010
http://www.totalkesehatananda.com/lungcancer2.html,diakses 17 November 2010
jam: 18.35
Anonymous. 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_paru-paru, diakses tanggal 17 November 2010
jam: 16.41
Carpenito, L. J. 1995. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan.
Edisi ke-6. Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi ke-3. EGC:Jakarta
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta:
ECG
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu
Pendekatan Proses Holistik. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran:
Bandung.
Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi.
Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem
Pernapasan. Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik.
Edisi 2. EGC:Jakarta
terimakasih banyak udah share... :)
ReplyDeleteterimakasih buat artikelnya.. informasi yang sangat bermanfaat..
ReplyDelete