08 April 2014

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) KANKER PARU ATAU CA PARU


BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru yang mengejutkan. American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (5%), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun. Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker paru dengan kasus pada tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitatif.


1.2   Rumusan Masalah 

Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien menderita penyakit cancer paru.

1.3  Tujuan 

  1. Tujuan Umum:
                        Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
2.      Tujuan Khusus:
  1. Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker paru
  2. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru
  3. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru
  4. Menjelaskan patofisiologi kanker paru
  5. Menjelaskan Stadium kanker paru
  6. Menjelaskan manifestasi klinis kanker paru
  7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada kanker paru
  8. Menjelaskan komplikasi pada kanker paru

1.4  Manfaat

                Manfaat yang dapat diambil sebagai berikut :
1. Mengetahui Penatalaksaan pada klien kanker paru
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien kanker paru






















BAB II

PEMBAHASAN

 2.1.2 Kanker  paru

Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000). JENIS TUMOR PARU
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok.( Suryo, 2010)
Terdapat 4 jenis umum kanker paru: tiga karsinoma sel besar dan satu karsinoma sel kecil. Karsinoma sel besar adalah karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma sel besar.
Karsinoma sel skuamosa sebanyak 30% dari kanker paru. Kanker ini jelas berkaitan dengan asap rokok dan pajanan dengan toksin-toksin lingkungan, seperti asbestosdan komponen polusi udara. Tumor sel skuamosa biasanya terletak di bronkus pada sisi tempat bronkus masuk ke paru, yang disebut hilus, yang kemudian meluas kebawah ke bronkus. Karena bronkus pada derajat tertentu mengalami obstruksi, dapat terjadi atelektasis absorpsi dan pneumonia, serta penurunan kapasitas ventilasi. Tumor ini tumbuh retif lambat dan memiliki prognosis yang paling baik, yaitu kemungkinan hidup lima tahun jika didiagnosos sebelum metastasis.
Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjar paru. Tumor ini biasanya terjadi dibagian perifer paru, termasuk bronkiolus terminal dan alveolus. Kanker Jenis ini terhitung sekitar 30% dari kanker paru dan lebih tinggi diantara wanita. Adenokarsinoma biasanya berukuran keci dan tumbuh lambat, tetapi bermetastasis secara dini dan angka bertahan hidup sampai 5 tahunnya buruk.
Kanker sel besar Takberdiferensiasi sangat anaplastik dan cepat bermetastasis. Tumor ini sekitar 10-15% dari semua kanker paru, sering terjadi di bagian perifer dan meluas kearah pusat paru. Tumor ini berkaitan erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis ini mamiliki prognosis berthan hidup yang sangat buruk.
Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua sel kanker paru. Tumor jenis ini juga disebut sebagi karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh dibagian tengah paru. Karsinoma sel kecil sejenis tumor yang bersifat sangat anaplastik, atau embrionik, sehingga memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi. Tumor ini sering merupakan tempat produksi tumor ektopik dan dapat menyebabkan gejala awal berdasarkan gangguan endokrin. Metastasis paru yang timbul ada tumor ini juga disebabkan obstruksi aliran udara. Tumor jenis ini mungkin merupakn jenis yang paling sering dijumpai pada perokok, dan memiliki prognosis paling buruk. (elizabeth, 2008)

Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan :
  1. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Gambaran histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mucus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nucleoli. Disebut juga “oat cell carcinoma” karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum, sel kecil ini cenderung berkunpul sekeliling pembuluh darah halus menyerupai psedoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap disekitar pembuluh darah
2.      Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) karsinoma skuamosa, adeno karsinoma, karsinoma sel besar.
Karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik. Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratisasi  dan pembentukan “bridge” intraseluler, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari dysplasia skuamosa ke karsinoma insitu

Klasifikasi histologist WHO 1999 untuk tumor paru dan tumor pleura : Epithelia tumors
  1. Benign
  2. Preinsasive
  3. Malignant
  4. Large cell carcinoma
  5. Adenosquamous carcinoma
  6. Carcinoma woth pleomorphic sarcomatoid or sarcomatous element
  7. Carcinoid tumor
  8. Carcinomas of salicary gland tyepe
                                                   

Gambaran klinis kanker paru
  1. Metastasis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut
Gejala-gejala dapat bersifat :
  1. Lokal (tumor setempat)
    1. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
    2. Hemoptisis
    3. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
    4. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
    5. Aelektasis
    6. Invasi local
      1. Nyeri dada
      2. Dispnea karena efusi pleura
      3. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
      4. Sindrom vena cava superior
      5. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
      6. Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
      7. Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis
      8. Gejala penyakit metastasis
        1. Pada otak, tulang, hati, adrenal
        2. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis
        3. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
          1. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
          2. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
          3. Hipertrofi : osteoartropati
          4. Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
          5. Neuromiopati
          6. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
          7. Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
          8. Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
          9. Asimtomatik denagn kelainan radiologis
            1. Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis
            2. Kelainan berupa nodul soliter

2.2  Etiologi

Rokok
Penyebab kanker paru-paru yang pertama adalah rokok, kanker paru-paru berhubungan erat dengan rokok. Sekitar 90% kanker paru-paru terjadi sebagai akibat dari konsumsi tembakau. Resiko terjadinya kanker paru-paru meningkat seiring jumlah rokok yang anda hisap dari waktu ke waktu. Dokter menyebut resiko ini dalam "pack-years of smoking history" (berapa bungkus rokok yang anda hisap per hari dikalikan dengan berapa tahun anda merokok).
Sebagai contoh, seseorang yang menghisap 2 bungkus rokok per hari dan sudah merokok selama 10 tahun, memiliki 20 pack-year of smoking history. Jika resiko terjadinya kanker paru-paru sudah meningkat bahkan hanya dengan 10 pack-year of smoking history saja, tentu saja mereka yang memiliki 20 pack-year of smoking history atau lebih akan memiliki resiko kanker paru-paru yang lebih besar lagi. Diperkirakan 1 dari 7 orang yang menghisap 2 bungkus rokok atau lebih per hari akan meninggal akibat kanker paru-paru.

Pipa cangklong atau cerutu juga dapat menyebabkan kanker paru-paru walaupun resikonya tidak setinggi rokok. Seseorang yang menghisap 1 bungkus rokok per hari memiliki resiko kanker paru-paru 25 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Sedangkan mereka yang menghisap pipa cangklong atau cerutu hanya memiliki resiko kanker paru-paru 5 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.

Rokok tembakau mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, beberapa di antaranya telah terbukti bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). 2 karsinogen utama dalam rokok tembakau adalah zat kimia yang dikenal sebagai nitrosamin dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH). Resiko terjadinya kanker paru-paru menurun setiap tahun setelah berhenti merokok karena sel-sel normal berkembang dan menggantikan sel-sel paru-paru yang rusak akibat rokok. Resiko terjadinya kanker paru-paru bagi mereka yang dulunya merokok baru akan mulai mendekati resiko terjadinya kanker paru-paru pada mereka yang tidak pernah merokok sama sekali, setelah sekitar 15 tahun berhenti merokok.

Perokok pasif
Penyebab kanker paru-paru yang yang kedua adalah perokok pasif, yaitu seseorang yang tidak merokok namun menghirup asap rokok tembakau dari perokok yang berada dalam lingkungan yang sama, juga mengalami peningkatan faktor resiko terjadinya kanker paru-paru. Penelitian menunjukkan perokok pasif memiliki peningkatan resiko kanker paru-paru sebesar 24% jika dibandingkan dengan mereka yang hidup di lingkungan bebas rokok. Di Amerika Serikat diperkirakan 3000 orang yang meninggal akibat kanker paru-paru setiap tahun adalah perokok pasif.

Asbestos
Penyebab
kanker paru-paru yang ketiga adalah serat asbestos. Serat asbestos adalah serat silikat yang dapat bertahan seumur hidup dalam jaringan paru-paru. Lingkungan kerja adalah tempat yang umum untuk terpapar serat asbestos, karena asbes dipergunakan secara luas di masa lalu sebagai bahan isolator panas dan penyekat suara. Saat ini, penggunaan asbes dibatasi bahkan dilarang di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat. Kanker paru-paru dan mesothelioma (kanker pada pleura (lapisan pembungkus paru-paru) atau peritonium (lapisan rongga perut)) dihubungkan dengan serat asbestos. Merokok meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker paru-paru pada pekerja yang terpapar serat asbestos secara drastis. Pekerja yang terpapar serat asbestos dan tidak merokok memiliki resiko kanker paru-paru 5 kali lipat. Sedangkan jika ia merokok resikonya menjadi 50 – 90 kali lebih besar.

Gas radon
Penyebab kanker paru-paru keempat adalah gas radon. Gas radon adalah gas alam yang inert (non reaktif), berasal dari uranium yang meluruh dan memancarkan radiasi ionisasi. Gas radon dikenal sebagai penyebab kanker paru-paru, dengan perkiraan sekitar 12% kematian (15.000 – 22.000 orang per tahun) akibat kanker paru-paru disebabkan olehnya. Gas radon dapat keluar dari dalam tanah dan memasuki rumah melalui fondasi, lantai, dinding, langit-langit, saluran air maupun celah lainnya. Gas radon tidak dapat terlihat dan tidak berbau, namun dapat dideteksi dengan tes sederhana.

Kecenderungan genetik
Penyebab kanker paru-paru kelima adalan kecenderungan genetik. Walaupun mayoritas kanker paru-paru dihubungkan dengan rokok tembakau, fakta bahwa tidak semua perokok akhirnya terserang kanker paru-paru menunjukkan faktor lainnya seperti faktor genetik mungkin berperan dalam menyebabkan kanker paru-paru. Penelitian terbaru telah menemukan lokasi pada lengan panjang (q) kromosom nomor 6 yang mungkin mengandung gen yang meningkatkan kerentanan terjadinya kanker paru-paru pada perokok.

Riwayat kanker paru-paru sebelumnya
Penyebab kanker paru-paru keenam adalah riwayat kanker paru-paru sebelumnya. Orang yang selamat dari kanker paru-paru, memiliki resiko yang lebih besar untuk terserang kanker paru-paru kembali. Mereka yang selamat dari Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) memiliki resiko tambahan 1-2% per tahun untuk terserang kanker paru-paru kembali, sedangkan mereka yang selamat dari Small Cell Lung Cancer (SCLC) resikonya mendekati 6% per tahun.

Polusi Udara
Penyebab kanker paru-paru yang ketujuh adalah polusi udara. Polusi udara dari kendaraan bermotor, industri, dan pembangkit tenaga listrik dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker paru-paru. Lebih dari 1% kematian akibat kanker paru-paru diperkirakan sebagai akibat dari polusi udara. Para ahli yakin bahwa terpapar udara yang berpolusi tinggi berkepanjangan dapat memberi resiko yang sama dengan perokok pasif.

Faktor Risiko Kanker Paru
a)    Laki-laki
b)    Usia lebih dari 40 tahun
c)    Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
d)    Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
e)    Radon dan asbes
f)     Lingkungan industri tertentu
g)    Zat kimia, seperti arsenik
h)    Beberapa zat kimia organik
i)     Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
j)     Polusi udara
k)    Kekurangan vitamin A dan C
Seseorang yang termasuk golongan risiko tinggi (GRT) jika mempunyai keluhan napas (gangguan respirasi) seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, sebaiknya segera meneriksakan diri dan dirujuk ke dokter spesialis paru

   2.3 Patofisiologi 

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

  2.4 Manifestasi Klinis

1) Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi pada bronkus.
2) Gejala umum.
  1. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk   mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
  2. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor   yang mengalami ulserasi.
  3. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

2.5 Stadium Kanker paru

                Stadium kanker paru-paru mengacu pada tingkatan seberapa jauh tumor menyebar dalam tubuh
Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC), stadium ditentukan berdasarkan keparahannya :
  • Stadium I, kanker terbatas pada paru-paru
  • Stadium II dan III, kanker mungkin telah menyebar ke limfe (kelenjar getah bening)
  • Stadium IV, kanker telah menyebar keluar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya.
Small Cell Lung Cancer (SCLC), stadium menggunakan sistem berjenjang :
  • Limited Stage (LS), kanker terbatas pada daerah asalnya dalam paru-paru dan menyebar ke limfe (kelenjar getah bening)
  • Extensive Stage (ES), kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang jauh dari paru-paru

2.6   Pemeriksaan Diagnostik

1) Radiologi.
1.         Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara      pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2) Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
    Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
3) Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
    Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
    Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4) Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI

  2.7  Penatalaksanaan

 Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1.                        Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2.                        Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3.                        Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4.                        Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,  tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
1.                        Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2.                        Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
3.                        Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4.                        Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satu atau lebih segmen paru.
5.                         Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6.                        Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
7.                        Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
8.                        Kemoterapi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.




















BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN 


3.3      Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan


1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Hipoventilasi.
    Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan  GDA  dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
                                          Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam   kemampuan/situasi.

Intervensi
Rasional
Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya
pernafasan atau perubahan pola nafas.

Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya
krekels, mengi.






Kaji adanmya sianosis




Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi

Awasi atau gambarkan seri GDA.



Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.


Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.

Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.

Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.

Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi silia, peningkatan jumlah/viskositas secret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas.
Kriteria hasil : Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
    Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan     jalan nafas.

Intervensi
Rasional
Catat perubahan upaya dan pola bernafas.



Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.


Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan
karakteristik sputum.


Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.



Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk
efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.

Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan
peningkatan upaya bernafas.

Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan,
edema, dan sekret dalam seksi lobus.

Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal
perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.

Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein
dipengaruhi.


Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas
sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan
perubahan dosis/ pilihan obat.




























BAB IV

PENUTUP


4.1 KESIMPULAN.

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun
pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan prognosis.
Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan
misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi. Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor. Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa.
Asuhan keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat pada peningkatan ventilasi dan reekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem drainage tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri, meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap perdarahan dan emfisema subkutan.

4.2 SARAN.

Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Paru diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan kanker paru misalnya
mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok, memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.





DAFTAR PUSTAKA 
Anonymous. 2010 http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=3, diakses 17 November 2010  jam: 19.26
Anonymous. 2010 http://www.totalkesehatananda.com/lungcancer2.html,diakses 17 November 2010 jam: 18.35
Anonymous. 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_paru-paru, diakses tanggal 17 November 2010 jam: 16.41
Carpenito, L. J. 1995. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi ke-6. Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999.  Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi ke-3. EGC:Jakarta
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses        Holistik. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan   Padjajaran:    Bandung.
Price,  Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik.  Edisi 2. EGC:Jakarta













Title: ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) KANKER PARU ATAU CA PARU; Written by A-N; Rating: 5 dari 5

2 comments:

SIlahkan, ramaikan blog ini dengan komentar anda :)
Be the nice visitor :D