Berikut admin sampaikan artikel yang telah dibuat oleh kami, semoga bermanfaat.. tlong cantumin alamat webnya ya.
PEMENUHAN KEBUTUAHN NUTRISI
A. Latar Belakang
Salah satu dari
sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia untuk dapat tetap
melangsungkan kehidupannya adalah kebutuhan makan dan minum. Tidak ada yang
bisa menyangkal bahwa makanan merupakan aspek penting dalam kehidupan
manusia. Siapa pun dia, dari kelompok
mana ia berasal, berapa pun umurnya, dalam keadan sehat ataupun sakit, semua
membutuhkan makanan untuk bisa tetap bertahan hidup. Dalam teori hierarki
kehidupan, makanan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi (Waryana, 2008).
Makan
merupakan salah satu naluri yang diperoleh manusia sejak lahir. Tidak ada orang
yang mengajari untuk makan. Dalam memilih makanan orang mempunyai selera dan
faktor lain sesuai pergaulan dan kebiasaan sehari-hari. Secara khusus makanan
mempunyai fungsi “ BIOLOGIS “. Makanan ayang terdiri berbagai unsur ( Protein,
Lemak, Hidrat Arang, Vitamin, Mineral dan Air ) di dalam tubuh mempunyai 3 fungsi utama :sebagai zat pembangun,
sebagai sumber tenaga, dan sebagai zat pengatur. Ketiga fungsi makanan tersebut
harus ada dalam tubuh. Karena itu kita harus mengkonsumsikan zat gizi protein,
lemak, hidrat arang, vitamin dan mineral setiap hari dalam komposisi yang
seimbang sesuai dengan kebutuhan. Manusia membutuhkan bahan-bahan untuk
bergerak, membangun, mengatur dan melindungi. Bahan-bahan itu merupakan zat-zat
makanan yang berasal dari makanan sehari-hari. Zat-zat makanan disebut juga
zat-zat gizi terdiri dari hidrat arang, protein, vitamin, lemak, mineral dan
air.
Makanan dalam pandangan sosial-budaya, memiliki makna yang lebih
luas dari sekedar sumber nutrisi. terkait dengan kepercayaan, status, prestise,
kesetiakawanan dan ketentraman di dalam kehidupan komuniti manusia. Keragaman
budaya merupakan keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di
Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Jumlah
penduduk Indonesia lebih dari 200 juta orang yang tersebar diberbagai pulau di
Indonesia dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari
pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok suku bangsa
dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah
salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat
heterogenitasnya yang tinggi.
Pangan merupakan kebutuhan hakiki manusia, sehingga pemenuhan akan pangan
menjadi prioritas perhatian seluruh negara di dunia. Menurut peraturan Pemerintah
Nomor : 68 Tahun 2002, Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Karena itu, dalam upaya membangun
SDM yang berkualitas dibutuhkan pangan yang beragam, bergizi, dan seimbang
sesuai dengan fungsi makanan sebagai sumber zat tenaga, sumber zat pengatur,
dan sumber zat pembangun (triguna makanan). Ketahanan pangan merupakan hal yang
sangat penting untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan
sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu,
bergizi dan beragam serta tersebar
merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Ketahanan
pangan pada tingkat rumah tangga maupun wilayah/ daerah, ditentukan oleh
berjalanya sistim ketahanan pangan pada rumah tangga, daerah/ wilayah yang
bersangkutan. Apabila sistim ketahanan pangan yang meliputii sub sistim
ketersediaan, sub sistim distribusi dan sub sistim konsumsi secara sinkron
berjalan bersama dan lancar maka ketersediaan pangan yang ada pada rumah tangga
ataupun wilayah dan daerah tetap tercukupi.
Pola konsumsi atau kebiasaan makan adalah cara yang
ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi
terhadap pengaruh pengaruh fisiologi, psikologi, bidaya, dan sosial. Kebiasaan
makan merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilhan terhadap
makanan.Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif atau negatif. Sikap
positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai nilai “ affective “
yang berasal dari lingkungan ( alam , budaya, sosial, ekonomi ) di mana manusia
atau kelompok manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan
terhadap makanan, hanya saja wilayah kejiwaannya adalah nilai nilai “
cognitive” yang berkaitan dengan kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak
menarik. Dan pemilihan adalah proses “ psychomotor “ untuk memilih makanan
sesuai dengan sikap dan kepercayaannya (Waryana, 2008).
Kebiasaan makan dalam kelompok masyarakat memberikan dampak pada distribusi
makanan antar anggota keluarga,
berkaitan dengan mutu serta jumlah bagian tiap anggota hampir selalu didasarkan pada status
hubungan antar anggota, bukan atas dasar
pertimbangan pertimbngan gizi. Selain itu kebiasaan makan juga berpengaruh pada
ketahanan pangan dalam rumah tangga. Jika dalam satu keluarga memiliki
kebiasaan mengkonsumsi beberapa jenis bahan pangan dan tidak membiasakan
mengkonsumsi aneka ragam bahan pangan, ketika bahan pangan tersebut jarang
dipasaran, rumah tangga tersebut akan mengalami rawan pangan (Waryana, 2008)
Menurut
Waryana (2008), Kebiasaan makan umumnya
ditentukan oleh dua hal pokok yaaitu faktor ektrnsik ( yangg berasal dari luar
manusia ) dan intrinsik ( yang berasal dari dalam manusia ). Yang termasuk
faktor ektrinsik adalah lingkungan alam, sosial budaya, ekonomi dan agama. Budaya makan
adalah suatu rangkaian adat & tradisi makan yg membawa ke arah gerakan
berpikir, serta berperasaan sesuai dengan yang diinginkan. Budaya merupakan
cara hidup manusia. Budaya mengajarkan bagaimana orang bertingkah laku &
berusaha dalam memenuhi kebutuhan dasar biologic. Budaya makan memepengaruhi
kebiasaan seseorang dalam memilih makanan yang akan dikonsumsinya. Dan secara
langsung akan berpengaruh pada tingkat kesukaan seseorang terhadap makanan.
Dari kebiasaan seseorang tersebut akan juga memepengaruhi kebiasaan orang lain.
Misalnya seorang ibu memegang peran dalam menentukan menu makanan dalam
keluarga, ibu menyajikan hidangan untuk keluarga akan dipengaruhi oleh persepsi
ibu terhadap makanan, ketarsediaan pangan, dan kondisi ekonomi keluarga.
Sehingga kebiasaan pola menu yang disajikan untuk keluarga tersebut akan
mempengaruhi pula pada kebiasaan makan pada anggota keluarga. Selain itu ibu
memiliki peran mengenalkan budaya makan terhadap beberapa pangan pada anaknya
sejak usia dini. Yang nantinya akan mempengaruhi kebiasaan dan tingkat
kesukaannya terhadap makanan.
B.
Pengertian Gizi
Gizi atau nutrisi adalah makanan yang dapat memenuhi
kesehatan. Zat gizi adalah unsur yang
terdapat dalam makanan dan dapat mempengaruhi kesehatan. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ serta menghasilkan energi. Namun ada pendapat lain, gizi adalah zat-zat yang diperlukan
tubuh yang berasal dari makanan.
- Makanan
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat –
zat gizi dan atau unsur – unsur / ikatan kimia yang dapat diubah
menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh. Bahan
makanan berasal dari tumbuhan ( bahan nabati )
maupun hewan ( bahan hewani).
- Keadaan Gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau
keadaan fisiologi akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
- Status Gizi (Nutrition Status)
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu. Gibson (1990) menyatakan status gizi
adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat
gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya
- Malnutrition (Gizi Salah, Malnutrisi)
Keadaan patologis akibat kekurangan atau
kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi.
Ada 4 bentuk
malnutrisi:
- Under Nutrition : Kekurangan konsummsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu.
- Specific Deficiency : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan Vitamin A, Fe, dll.
- Over Nutrition : Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
- Imbalance : Karena disporsisi zat gizi.
Kurang
Energi Protein (KEP)
Kurang Energi protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit
tertentu.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Faktor
yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan
secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang
gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan
pokok masalah. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional
(Depkes, 2000), penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama,
penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita
anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi
juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering
sakit diare atau demam dapat menderita
kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan
tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan
maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.
Kedua,
yaitu penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan
pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan
adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan
terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik,
mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah
tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau
oleh seluruh keluarga.
Faktor-faktor
tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan
keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat
kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola
pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan
ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan
tentang gizi dan kesehatan.
D. Fungsi Makanan Bagi Tubuh
Makanan
yang dikonsumsi pertama-tama berfungsi sebagai sumber energi. Zat makanan yang
dapat digunakan untuk energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang
terkandung dalam zat gizi dapat diukur menggunakan alat Bomb Calorimeter
disebut energi pembakaran. Karbohidrat dapat dihidrolisis menjadi glukosa yang
merupakan energi utama bagi tubuh. Protein dan lemak juga dapat memproduksi glukosa
melalui proses glukoneogenesis.
Berdasarkan
kebutuhan tubuh akan zat makanan, maka kita dapat membagi makanan pada
tiga golongan besar, yaitu makanan sumber zat tenaga untuk bergerak dan melakukan
katifitas, terdapat pada nasi, kentang, gandum, tepung-tepungan dan
umbi-umbian. Sedangkan zat
pembangun terdapat pada ikan, daging, telur, ayam,
kacang-kacangan, tahu dan tempe. Adapun sumber zat pengatur terdapat pada sayuran dan
buah-buahan. Dengan memanfaatkan ketiga golongan bahan makanan tersebut maka
dapat terpenuhi kebutuhan hidup kita akan zat-zat makanan hingga tubuh dapat
melakukan kegiatan hidup dengan baik. Kebutuhan makanan tiap orang berbeda satu
sama lain, tergantung jenis kelamin, aktivitas, tinggi dan berat badan serta
usia. Namun yang perlu ditekankan di sini, hendaklah dalam memenuhi kebutuhan
tubuh kita terhadap makanan sebaiknya secukupnya saja, tidak berlebihan.
Jika kita mengamati pola makan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka kita akan dapati bahwa beliau sangat memperhatikan beberapa aspek, diantaranya aspek faidah, kenikmatan dan penjagaan terhadap kesehatan, seperti yang ditetapkan oleh ilmu kedokteran baik dulu maupun sekarang, bahwa mengkonsumsi makanan secara berlebihan akan mengakibatkan berbagai penyakit, dan beliau tidak pernah makan
Bahan
makanan umumnya mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh seperti protein,
lemak, vitamin, mineral dan air. Oleh karenanya makanan yang paling cocok
adalah makanan yang seimbang ( balanced diet ), yang jumlahnya sesuai kebutuhan
tubuh seseorang yang berdasar pada ukur tubuh, usia dan jenis aktivitas atau
pekerjaan setiap hari. Dalam makanan ada 5 kelompok zat gizi :
- Hidrat Arang.
- Protein
- Lemak
- Vitamin
- Mineral
a.
Energi dan Karbohidrat
Energi sangat diperlukan tubuh agar tubuh dapat melakukan
berbagai aktivitas kehidupan. Nutrient – nutrient yang ada dalam tubuh akan
digunakan terutama untuk mencukupi kebutuhan energi. Kebutuhan energi per orang
per hari relatif tinggi. Sumber
energi diperoleh dari lemak, protein dan karbohidrat. Setiap 1 gram
lemak menghasilkan 9 kalori, protein 4 kalori, dan karbohidart 4 kalori. Energi
dibutuhkan tubuh untuk: 1). Metabolisme basal, 2). Pemeliharaan sel dan
jaringan, 3). Pertumbuhan, 4). Penyembuhan, 5). Pergerakan atas kegiatan tubuh
secara keseluruhan (Almatsier 2003).
Kecukupan energi adalah sejumlah
energi dari makanan untuk mengimbangi energi yang digunakan bagi perorangan
dengan ukuran komposisi tubuh serta kegiatan jasmani yang dapat menjamin
kesehatan dalam jangka panjang, serta
tetap terpeliharanya segala kegiatan yang dilakukan. kekurangan energi kan
menurunkan kapasitas kerja. Hal ini biasanya terjadi sebagai proses kronis
dengan akibat penurunan berat badan.
Bahan makanan penghasil
utama energi adalah bahan makanan pokok. Disini zat gizi utama yang
menghasilkan energi itu adalah karbohidrat khususnya tepung (amylum). Pada
serealia sebagai bahan makanan pokok, jumlah protein yang dikonsumsinya
mencapai kwantum yang cukup signifikan, karena bahan makanan pokok biasanya
dikonsumsi dalam jumlah yang cukup besar. Kita ketahui bahwa protein juga
menghasilkan energi sama dengan karbohidrat setiap gramnya. Maka pada bahan
makanan pokok serealia, energi yang dihasilkan berasal dari karbohidrat maupun
protein.
Energi dalam jumlah besar terutama diperlukan untuk kerja
otot skelet yang melakukan kerja luar. Kita lihat bahwa para pekerja kasar
memerlukan bahan makanan pokok ini dalam jumlah besar untuk sanggup melakukan
pekerjaan-pekerjaan berat. Fungsi utama
karbohidrat adalah menyediakan energi tubuh,
selain itu karbohidrat juga punya fungsi lain yaitu karbohidrat diperlukan bagi kelangsungan proses metabolisme lemak. Diketahui juga karbohidrat mengadakan aksi penghematan
terhadap protein. Bila pemasukan karbohidrat dibatasi, akan membakar terlalu
banyak asam amino dan lemak untuk menghasilkan energi.
Pangan sumber karbohidrat misalnya :
serealia, biji – bijian, gula, buah – buahan, umumnya mengandung paling sedikit
50% atau separuh kebutuhan energi keseluruhan. Pangan tersebut merupakan makanan
pokok karena umumya dikonsumsi hampir seluruh anggota masyarakat serta harga
relatif murah. Kelebihan karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen
sebagai energi siap pakai pada saat tubuh mengalami kekurangan. Fungsi lain
adalah mengatur peristaltik usus terutama usus besar. Karbohidrat mencegah
terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna. Bila energi tidak cukup tersedia
maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan katabolisme lemak, akibatnya
terjadi penumpukan badan – badan keton, dan terjadi keasaman pada adarah
(asidosis). Dalam hal ini karbohidrat berfungsi sebagai fat sparer.
Karbohidrat sebagai sumber energi utama bagi
otak dan susunan syaraf otak dan susunan syaraf hanya dapat mempergunakan
glukosa sebagai energi, sehingga ketersediaan glukosa yang konstan harus tetap
terjaga bagi kesehatan jaringan tubuh/
organ tersebut. Demikian juga kekurangan glukosa dan oksigen akan menyebabkan
kerusakan otak/kelainan syaraf yang tidak dapat diperbaiki. Sumber karbohidrat
yang sulit dicerna, termasuk didalamya serat kasar, sebaiknya dikurangi
seminimal mungkin.
b. Protein
Salah satu fungsi protein bagi tubuh adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Protein sebagai zat pembangun yaitu merupakan bahan pembangun jaringan baru. Tubuh
yang menerima cukup makanan bergizi akan mempunyai simpanan – simpanan protein
untuk dipergunakan dalam keadaan darurat. Tetapi bila keadaan tidak menerima menu
seimbang/mencukupi kebutuhan tubuh terus berlanjut, maka gejala – gejala kurang
protein akan timbul. Sebagai pembangun tubuh (body building ) protein berfungsi
:
1) Bagian utama dari sel inti(nucleus) dan protoplasma
2) Bagian padat dari jaringan tubuh misalnya otot,glandula,
sel -sel darah.
3) Penunjang
organik dari matrix tulang,gigi,rambut dan kuku.
4) Bagian
dari Enzim
5) Bagian dari hormon
6) Bagian dari cairan yang di sekresikan kelenjar kecuali
empedu, keringat, dan urine.
7) Bagian dari antibodi (zat kekebalan tubuh). Berarti
protein penting
peranannya dalam menjaga kekebalan tubuh
dari infeksi.
Protein sebagai pengatur turut
memelihara dan mengatur proses-proses yang berlangsung dalam tubuh. Hormon yang
mengatur proses pencernaan dalam tubuh terdiri protein, mineral, dan vitamin
yang bergabung dengan protein membentuk enzim-enzim yang berperanan besar untuk
kelangsungan proses pencernaan dalam tubuh. Protein sebagai bahan bakar karena
komposisi protein mengandung unsur karbon maka protein dapat berfungsi sebagai
bahan bakar sumber energi. Bila tubuh tidak menerima karbohidrat dan lemak dalam
jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan tubuh, maka untuk menyediakan energi bagi
kelangsungan aktivitas tubuh, protein akan dibakar sebagai sumber energi. Dalam
keadaan ini, keperluan tubuh akan energi akan diutamakan sehingga sebagian
protein tidak dapat digunakan untun membentuk jaringan. Protein untuk usia pra
sekolah (TK) sebaiknya yang bermutu tinggi, yaitu protein yang memiliki mutu
cerna (digestibility) dan daya manfaat (Utilizable) tinggi, umumnya adalah
protein hewani.
Tabel .
1
Tabel
Angka Kecukupan Protein Per Orang Per Hari
GOLONGAN UMUR
|
BERAT
BADAN (kg)
|
TINGGI
BADAN ( cm)
|
Protein
(gr)
|
Wanita
10 –12 tahun
13 – 15 tahun
16 – 19 tahun
20 – 45 tahun
46-59 tahun
Ø 60
tahun
Ø Hamil
|
35
46
50
54
54
54
|
140
153
154
156
154
154
|
54
62
51
48
48
48
12
|
Sumber : LIPI, 2005
c. Lemak/Minyak
Lemak berperan sebagai sumber dan cadangan
energi, sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, penyebab
makanan mempunyai kelunakan dan kekerasan (textur) khusus, penyebab lamanya
waktu pengosongan lambung, dan sebagai lapisan lemak tubuh dibawaj kulit. Asam
lemak yang menyusun lemak tersiri asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
yang mempunyai ikatan rangkap. Tubuh kita tidak m,ampu ataupun hanya mempunyai
kemampuan yang sangat terbatas untuk mensintesis asam lemak yang ikatan rangkapnya dua atau lebih. Karena
itu asam lemak itu harus didapatkan dari makanan, maka disebut asam lemak
sesensial.
Ada
tiga macam asam lemak esensial yaitu asam linoleat,asam linolenat dan asam
arakhidonat. Lemak nabati pada umumnya banyak mengandung asam lemak esensial
daripada lemak hewani. Minyak kelapa, yang banyak dipakai di Indonesia,
termasuk lemak nabati yang kandungan asam lemak esensialnya rendah. Minyak
jagung, minyak kacang, minyak kedele dan minyak biji kapas mengandung asam
lemak esensial yang cukup tinggi. Anjuran konsumsi lemak selain sebagai sumber
energi, peran dalam penyerapan zat gizi yang larut lemak, dan peran lain
terutama mencegah peninggian kolesterol
darah maka kencenderungan kecukupan asam lemak esensial adalah sekitar 10% daro total konsumsi energi. Dengan demikian
anjuran konsumsi lemak total sekitar 25% totaal energi. Konsumsi lemak rata –
rata di Indonesia saat ini adalah sekitar 20% dari total energi.
Pada
akhir-akhir ini banyak didiskusikan peranan asam lemak eikosapentanoat(EPA) dan
docosa heksanoat (DHA), yang juga disebut asam lemak omega-3 rantai panjang
dalam mencegah artherosklerosis serta agregasi keping-keping darah disamping
bukti-bukti mutakhir mengungkapkan pentingnya asam lemak omega –3 ini untuk
pembentukan otak. Proporsi DHA dalan fosfolipid otak manusia adalah paling
tinggi. Manusia memounyai keterbatasan dalam mengubah asam linolenat menjadi
EPA dan DHA. Karena itu, beberapa pakar berpendapat docosaheksaenoat dikatagorikan asam lemak
esensial. Dan ikan merupakan sumber asam lemak jenis omega-3(muhilal,dkk.1996).
d.
Peranan Vitamin
Vitamin
adalah zat gizi mikcro yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah
sedikit. vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin a, d, e dan k, sedangkan
vitamin yang larut dalam air adalah vitamin b dan vitamin c.
vitamin b terdiri dari:vitamin b1 (tiamin), vitamin b2 (riboflavin), vitamin b6 (piridoksin), asam pantotenat, niasin, biotin, asam folat, dan vitamin b12 (kobalamin). Kebutuhan setiap individu/hari yang dianjurkan (jumlah rata-rata yang diperlukan setiap harinya untuk tetap sehat), telah ditetapkan untuk masing-masing vitamin. Seseorang yang terlalu banyak atau terlalu sedikit mengkonsumsi vitamin tertentu bisa mengalami kelainan gizi.
vitamin b terdiri dari:vitamin b1 (tiamin), vitamin b2 (riboflavin), vitamin b6 (piridoksin), asam pantotenat, niasin, biotin, asam folat, dan vitamin b12 (kobalamin). Kebutuhan setiap individu/hari yang dianjurkan (jumlah rata-rata yang diperlukan setiap harinya untuk tetap sehat), telah ditetapkan untuk masing-masing vitamin. Seseorang yang terlalu banyak atau terlalu sedikit mengkonsumsi vitamin tertentu bisa mengalami kelainan gizi.
E.
Mineral
Mineral
adalah bagian yang penting dari makanan sehat. Bila seseorang mengkonsumsi
berbagai variasi makanan, maka kemungkinan untuk mengalami kekurangan vitamin
dan mineral adalah sangat kecil. Orang-orang yang menjalani diet ketat mungkin
tidak mendapatkan cukup vitamin atau mineral tertentu. contohnya seorang
vegetarian yang sangat ketat bisa mengalami kekurangan vitamin B12, yang hanya
bisa diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan.. Sebaliknya, mengkonsumsi
sejumlah besar vitamin dan mineral tambahan tanpa pengawasan medis, dapat
menimbulkan efek yang berbahaya.
Karena
zat-zat tersebut dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah relatif besar dan juga
disebut beberapa mineral natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat dan
magnesium, dimasukkan kedalam golongan makromineral. Mineral lainnya merupakan
mikronutrisi, karena dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil dan juga disebut
mikromineral. Yang termasuk ke dalam mikromineral adalah zat besi, seng,
tembaga, mangan, molibdenum, selenium, yodium dan fluorida. Kekurangan mineral,
kecuali zat besi dan yodium, jarang terjadi. Kelebihan beberapa mineral bisa
menyebabkan keracunan.
D. Kebutuhan Nutrisi
Pemeliharaan gizi yang
baik perlu pengelolaan yang menyeluruh dan pencegahan penyakit. Banyak komplikasi
yang memburuk dapat dicegah atau dimodifikasi dengan memperhatikan status gizi
dan pencegahan kekurangan gizi. Oleh karena itu, pengelolaan yang efektif
terhadap pasien yang sakit perlu evaluasi rinci terhadap makanan dan status
gizi maupun proyeksi interaksi makanan dan status gizi pada program klinis.
Kemudian, tujuan maupun teknik-teknik pengelolaan gizi yang sesuai dapat
dipilih dan dapat pula disusun petunjuk gizi guna mencegah penyakit maupun
upaya peningkatan kesehatan.
Tujuan pada bagian ini
merangkum beberapa pertimbangan utama untuk memperkirakan kebutuhan gizi dan
penentuan tujuan untuk perawatan. Penentuan kebutuhan gizi masing-masing pasien
harus mempertimbangkan respon/tanggapan fisiologis terhadap pemasukan makanan
yang normal dan ketimpangan/ ketidakseimbangan gizi akibat penyakit.
Untuk merumuskan seluruh
rencana bagi kebutuhan gizi, orang harus mempertimbangkan kebutuhan gizi pasien
serta dampak penyakit terhadap kebutuhan ini. Keseimbangan energi dalam istilah
yang paling sederhana berarti pemasukan energi yang menjaga bobot tubuh yang
tetap. Ketidakcukupan energi tercermin dalam kurangnya bobot, dan kelebihan
energi menyebabkan tambahan bobot. Kondisi-kondisi yang secara substansial
mengubah kebutuhan gizi mencakup infeksi, trauma (termasuk pembedahan),
penyalahgunaan alkohol, dan salah serap (malabsorpsi).
D. PERKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI
Salah gizi terjadi ketika
pemasukan gizi berada di bawah kebutuhan gizi. Meski gangguan dapat timbul dari
kelebihan gizi, secara umum istilah itu mengacu pada kekurangan gizi (undernutrition).
Kekurangan gizi dapat disebabkan oleh tidakcukupnya pemasukan atau absorpsi
atau karena meningkatnya kebutuhan metabolik akibat penyakit, termasuk
hilangnya dan sekresi gizi serta antagonisme gizi-obat.
Komponen-komponen
kebutuhan energi harian terdiri dari tingkat metabolik basal (BMR) ditambah
energi aktivitas dan efek termik makanan. Tingkat metabolik basal (BMR), atau
lebih tepatnya, tingkat metabolik resting (RMR) merupakan ukuran jumlah energi
yang dikeluarkan pada saat rest (istirahat) dan tanpa makanan; energi aktivitas
merupakan ukuran energi yang dikeluarkan untuk beragam aktivitas fisik. Efek
termik dari makanan (TEF) yang juga disebut termogenesis yang dipengaruhi oleh
makanan (DIT) dan sebelumnya disebut aksi dinamik spesifik merupakan perkiraan
jumlah kalori yang dihasilkan sebagai panas selama pencernaan, absorpsi, dan
metabolisme makanan. RMR terhitung dua pertiga dari total kebutuhan energi dan
dipengaruhi oleh ukuran tubuh (tinggi dan bobot), usia, jenis kelamin, dan
kebiasaan / habitus. Tersedia beberapa metode klinis untuk memperkirakan
pemakaian energi.
D.1. Perkiraan Tingkat Metabolisme
Istirahat (Resting metobolic
Rate/RMR)
Sebagian besar metode
berbasis pada kalorimetri, ukuran konsumsi oksigen di bawah kontrol yang
seksama,misal: selama puasa,pada pagi hari, dan selama satu jam. Tingkat
metabolik yang lebih bermanfaat akan mencerminkan tingkat dimana energi
dikonsumsi dalam situasi kehidupan normal aa pada saat rest / istirahat
sepanjang hari, termasuk periode asimilasi makanan. Perkiraan klinis biasanya
dari RMR yang dibahas di bawah ini lebih berdasarkan pada penilaian tidak
langsung daripada pengukuran yang benar. Namun demikian, perkiraan tersebut
seringkali sangat bermanfaat.
Metode-metode perkiraan
yang dibahas oleh Harrris dan Benedict sangat sering digunakan untuk
memperkirakan RMR. Rumus-rumus untuk menghitung BMR (dalam kcal per hari)
dengan menggunakan empat variabel usia, tinggi, bobot dan jenis kelamin adalah
sebagai berikut :
BMR pria
= 655 + (9,5 x W) + (1,8 X H)-(4,7 x A)
BMR wanita =
66 + (13,7 x W)+ (5 x H)-(6,8 x A)
dimana: W adalah bobot
aktual (kg), H adalah tinggi (cm) dan A adalah usia (tahun).
Persamaan untuk RMR lebih
sederhana daripada persamaan dari Harris dan Benedict dan persamaan itu
berdasar pada data yang lebih komprehensif. Karena orang yang memiliki bobot
sama namun memiliki tinggi yang berbeda memiliki RMR serupa, rumus-rumus
tersebut hanya didasarkan pada bobot, usia dan jenis kelamin. Nilainya
berlainan dengan rumus-rumus sebelumnya yang sebagian besar untuk wanita,
dimana terdapat kelebihan perkiraan untuk bobot di atas 40 kg, yang mencapai
kesalahan sebesar hampir 18 persen dengan bobot sebesar 80 kg. Harus diingat
bahwa prediksi RMR (atau BMR) bisa jadi terlampau tinggi atau terlampau rendah
memperkirakan nilai yang diukur dengan 20 atau bahkan 30 persen dari
masing-masing individu.
D.2. Pengaruh
Diit Terhadap Pengaturan Suhu (Diet Induced
Thermogenesis/DIT)
Masuknya gizi dalam
makanan menyebabkan panas atau produksi energi yang berlebihan dari BMR.
Campuran makanan menyebabkan kenaikan hampir sebesar 6 hingga 20 persen di atas
basal dalam kalori yang digunakan sebagai panas. Efek termogenik protein juga
paling besar, kemudian disusul karbohidrat, dan lemak paling tidak efektif.
Efek kaloriginik makanan tampaknya berkaitan erat dengan energi yang dibutuhkan
bagi pembentukan ATP, dimana protein (lewat pembagian asam amino dan sintesis
urea) menjadi adalah substrat oksidatif. Sebagian besar efek timbul dalam otot
dan liver, dan terjadi apakah pemasukan bersifat enteral atau parenteral. Pada
pasien hipermetabolik, termogenesis yang dipengaruhi oleh makanan kurang
menonjol karena produksi panas kurang sudah meningkat. Dalam menghitung
kebutuhan energi tambahan untuk pasien hipermetabolik, DIT harus
dipertimbangkan lebih dari 5 persen kebutuhan total energi.
D.3. Perkiraan Energi untuk Aktivitas
Pemakaian energi aktivitas
fisik terhitung sepertiga dari total pemakaian energi pada sebagian besar
kondisi dan bervariasi dari 6 hingga 36 kJ (1,5 hingga 8,5 kcal) per kilogram
bobot tubuh per jam (Tabel 70-3). Faktor ini jelas lebih penting untuk
menghitung kebutuhan energi untuk pasien aktif, bisa berjalan. Beberapa jenis
pekerjaan (misal: berkebun) dapat melelahkan kelompok-kelompok otot tertentu
tanpa menggunakan sejumlah besar kalori. Biasanya, senam apapun yang
mengakibatkan terangkatnya tubuh dari tanah (misal: lari) menggunakan banyak
sekali kalori. Meski pengukuran yang tepat dengan kalorimetri tersedia untuk
banyak aktivitas, sangat mudah untuk menggunakan pendekatan ketika
memperkirakan kebutuhan energi.
D.4. Kebutuhan Energi Tambahan dari
Penyakit
Produksi panas meningkat
karena demam dan luka / inflamasi. Namun demikian, ketika konsumsi oksigen
bertambah, DIT pun berkurang, dan energi aktivitas turun akibat imobilitas.
Oleh sebab itu, kebutuhan energi harian pada orang-orang sakit biasanya hanya
sedikit lebih besar dibanding kebutuhan ketika orang itu sehat. Tentu saja, kebutuhan
energi bagi sebagian besar pasien, meski selama menderita sakit parah, jarang
melampaui 12.500 kj (3000 kcal) per hari. (Perkiraan sebelumnya tentang
kebutuhan kalori yang meningkat secara masal pada pasien sepsis belum
terbukti). Hampir 20 persen seharusnya ditambahkan pada perkiraan energi
resting bagi pasien yang tetap tiduran, dan 30 persen seharusnya ditambahkan
pada pasien yang bisa berjalan. Beberapa penyakit yang parah memerlukan
suplementasi kalori tambahan, yakni tambahan 10 persen perkiraan RMR bagi
penyakit ringan, 25 persen untuk penyakit sedang, dan 50 persen untuk penyakit
parah.
Salah serap (malabsorpsi)
menjadi penyebab khusus meningkatnya kebutuhan energi. Cara paling akurat namun
kurang praktis untuk mengukur kehilangan kalori yakni kalorimetri feses. Namun
demikian, ekskresi lemak dalam gram per hari (sebagaimana ditentukan pada kadar
uji logam (assay) lemak feses 72 jam) x 38 kj (9kcal) per gram sama dengan
hilangnya energi harian dari seluruh sumber, hilangnya energi fecal dari lemak
(dalam kJ atau kcal) dikalikan dengan 2,5. Perkiraan ini mengasumsikan suatu
rata-rata komposisi makanan dan malabsorpsi ekuivalen dari lemak, karbohidrat
dan protein.
E. PERKIRAAN KEBUTUHAN PROTEIN
Keseimbangan protein,
seperti keseimbangan energi, merupakan fungsi pemasukan (intake) yang berkaitan
dengan penggunaan dan kehilangan. Biasanya, nitrogen yang berasal dari asam
amino diekskresi dalam urin dan feses dan hilang dari kulit. Tidak seperti
energi yang tersimpan dalam trigliserid dan glikogen, tidak ada protein (asam
amino) yang disimpan dalam tubuh hanya untuk dimanfaatkan selanjutnya. Setiap
protein berperan sebagai fungsi struktural atau metabolik; saat kelebihan
protein yang masuk dalam asam amino di-transaminasi, dan porsi molekul non nitrogen
menjadi sumber kalori untuk disimpan sebagai glikogen dan/atau lemak.
E.1. Hilangnya Nitrogen Obligatory
Urea terhitung lebih dari
80 persen nitrogen primer. Sisa nitrogen diekskresi sebagai kreatinin,
porphyrin, dan senyawa-senyawa lain yang mengandung nitrogen. Dengan demikian,
total hilangnya urin dari nitrogen = urea nitrogen (mg/dL) x volume harian (dL)
: 0,8. Nitrogen uriner berkaitan dengan RMR. Semakin besar massa tubuh, semakin
banyak terjadi transaminasi asam amino guna memenuhi kebutuhan energi. Setiap
kilokalori yang dibutuhkan untuk metabolisme basal mengarah pada ekskresi
sebesar 1 hingga 1,3 mg nitrogen uriner. Untuk alasan yang sama, ekskresi
nitrogen meningkat selama orang melakukan senam atau bekerja berat.
Kehilangan melalui feses
dan kulit mencakup banyak kehilangan proporsi nitrogen dari tubuh (sekitar 40
persen) pada kondisi biasa, tetapi besarnya kehilangan-kehilangan ini
bervariasi dalam keadaan sakit. Dengan demikian, pengukuran nitrogen urin
sering memberikan indeks yang bermanfaat dari kebutuhan nitrogen harian.
Kehilangan Nitrogen
minimal (dalam gram per hari) dari orang yang berbobot 70 kg pada suatu makanan
yang bebas nitrogen tetapi cukup energi mendekati 1,9 hingga 3,1 dalam urin,
0,7 hingga 2,5 dalam stool, dan 0,3 dari kulit untuk mean total kehilangan
sebesar 4,4 per hari. Kehilangan protein ekuivalen dapat dihitung dengan
mengalikan kehilangan nitrogen sebesar 6,25 sehingga total protein dengan
metabolisme protein sebesar 4,4 x 6,25 atau 27,5 g/hari atau sekitar o,4 g/kg
bobot tubuh untuk seorang yang memiliki bobot tubuh 70 kg. Jumlah protein yang
direkomendasikan bagi orang dewasa bervariasi antara 0,6 hingga 0,9 g/kg untuk
memberikan kemungkinan selisih aman. Senam yang dapat menaikkan kebutuhan akan
protein hingga 1 g/kg bobot tubuh atau lebih tinggi.
Kebutuhan protein paling
tinggi selama pertumbuhan muncul saat masih bayi dan remaja. Selama masa bayi,
total cadangan protein bayi paling rendah, dan kehilangan wajib (obligatory
loss) menjadi terbesar. Dengan demikian, kekurangan protein paling umum terjadi
pada masa bayi. Kebutuhan akan protein sedikit menurun selama masa kanak-kanak
dan kembali naik selama masa remaja. Kebutuhan minimal untuk tahap-tahap
kehidupan ini sekitar 1,5 g/kg bobot tubuh per hari. Jumlah yang
direkomendasikan (2 kg/kg bobot tubuh per hari) melebihi angka ini guna
memberikan kemungkinan selisih aman bagi anak-anak yang memiliki kenaikan
kebutuhan atau yang memasukkan protein dari nilai biologis yang rendah. Protein
berkualitas rendah meliputi protein-protein berasal dari sayuran tertentu yang
tidak mendukung pertumbuhan maupun protein-protein dari susu, telur, atau
daging. Perbedaan dalam nilai gizi protein sebagian besar karena tingginya
kadar asam amino pokok (essential) dalam protein hewani dan berkaitan dengan
perbedaan-perbedaan dalam kemampuan pencernaan. Kebutuhan protein (dan energi)
juga meningkat selama kehamilan dan menyusui.
F. KEBUTUHAN KALORI UNTUK PENGGUNAAN
PROTEIN
Asam amino yang masuk
tanpa sumber energi secara tidak efisien tidak dimasukkan dalam protein,
sebagian karena kehilangan energi selama metabolisme asam amino. Selain itu,
masuknya molekul asam amino ke dalam asam peptide memerlukan tiga ikatan fosfat
berenergi tinggi. Akibatnya, kelebihan energi makanan atas kebutuhan basal
meningkatkan efisiensi pemakaian nitrogen. Selama periode tersebut pertumbuhan
yang intens pada anak-anak, sekitar 300 kJ(76 kcal) dari energi protein
diperlukan untuk masing-masing gram protein. Pada orang dewasa yang bisa
berjalan sekitar 200 kJ (50 kcal) dari sumber-sumber non protein diperlukan per
gram protein. Rasio yang tinggi ini biasanya tidak dapat dicapai dengan makanan
parenteral, karena pemasukan energi dibatasi oleh volume yang perlu untuk
dimasukkan. Angka-angka yang dapat diterima untuk gizi parenteral sekitar 100
hingga 125 kj (25 hingga 35 kcal) dari sumber-sumber non protein per gram
protein atau 600 hingga 750 kJ (150 hingga 180 kcal) per gram nitrogen.
G. KEBUTUHAN GIZI YANG DIANJURKAN UNTUK
PROTEIN DAN ZAR
GIZI MIKRO (MICRONUTRIENT)
Panduan kebutuhan gizi
dalam kesehatan telah dirumuskan dalam laporan-laporan, yang diperbaharui
secara periodik, dari Food and Nutrition Board of the National Research Council
Amerika Serikat. Jumlah makanan yang direkomendasikan mengekspresikan usia dan
jenis kelamin dan dimodifikasi untuk kondisi-kondisi seperti kehamilan dan
menyusui, dirancang untuk mencakup kebutuhan-kebutuhan semua individu yang
sebenarnya sehat. Kecuali energi, jumlah yang diizinkan itu bukan merupakan
rata-rata kebutuhan tetapi pemasukan yang direkomendasikan dan cukup memenuhi
kebutuhan semua individu yang sehat.
Jumlah makanan yang
direkomendasikan untuk protein (nitrogen), besi dan kalsium berdasarkan pada
eksperimen-eksperimen dimana kebutuhan normal ditentukan sebagai pemasukan yang
perlu untuk mencapai titik nol keseimbangan antara pemasukan dan output. Untuk
sebagian besar vitamin, jumlah yang direkomendasikan merupakan pemasukan harian
yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi penuh dan tingkat aman cadangan
tubuh. Sebagian besar perkiraan mengasumsikan pencernaan normal dan absorpsi
serta metabolisme normal. Pada beberapa kasus, perkiraan turnover harian dengan
radioisotop atau teknik tracer isotop dipakai untuk menentukan jumlah bahan
gizi yang diperlukan untuk menjaga cadangan tubuh. Oleh sebab itu, kemudian
dinyatakan bahwa penyakit yang mempengaruhi efisiensi absorpsi atau yang
merubah metabolisme atau kebutuhan gizi akan mengubah jumlah yang aman bagi
individu tersebut. Selanjutnya, dikemukakan bahwa jumlah makanan yang
direkomendasikan paling-paling menjadi panduan kasar bagi kebutuhan akan
pemasukan gizi enteral oleh individu siapapun. Jumlah tersebut bisa menjadi
perkiraan yang terlalu tinggi dari kebutuhan parenteral, utamanya dalam hal
mikronutrien, karena dalam hal ini tidak ada jumlah yang perlu dibuat untuk
ketidakefisienan ekstraksi makanan dan absorpsi. Daftar gizi yang penting ini
dan perkiraan rentang pemasukan yang diperlukan bagi orang dewasa sehat.
Jumlah makanan yang
direkomendasikan memberikan sedikit ketentuan bagi perubahan kebutuhan gizi
bagi kaum lanjut usia. Kebutuhan gizi menurun secara progresif di luar usia 50
atau 60 tahun ketika massa
(tulang) menurun dan pengeluaran / pemakaian energi metabolik resting
berkurang. Kebutuhan Energi untuk aktivitas juga menurun ketika usia semakin
lanjut dan mengarah pada gaya
hidup yang sedenter (banyak duduk). Ada
beberapa penelitian pada kaum usia lanjut yang menentukan perbedaan spesifik
pada kebutuhan gizi. Sedikit penelitian tentang kaum usia lanjut yang
menentukan perbedaan khusus dalam kebutuhan gizi. Saat ini, merupakan tindakan
yang bijaksana untuk memberikan rekomendasi penuh pada tingkat orang dewasa
atas protein, vitamin dan mineral meski dalam menghadapi pemasukan energi yang
menurun. Untuk sedikit kaum usia lanjut, khususnya sedikit wanita, hal ini akan
memerlukan perencanaan makanan yang meningkat dan bijaksana. Meningkatnya
aktivitas fisik pada semua tingkat usia meningkatkan retensi / ketahanan massa otot tipis (lean)
dan juga meningkatkan selera makan maupun pemasukan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2002. Prinsip Ilmu Gizi Dasar. Gramedia, Jakarta.
Berg Alan. 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan. CV Rajawali,
Jakarta.
Budiyanto, M. Agus Krisno, 2002. Dasar-Dasar
Ilmu Gizi. UMM Press, Malang.
Dikmar Muh A1980. Anemia
Difecienci Kehamilan. Jakarta :Cermin Dunia
Kedokteran
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1992.
Pedoman Pelayanan Kesehatan Prenatal di Wilayah Kerja Puskesmas.
Jakarta.
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996.
Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis. Jakarta.
Depkes RI. 1997. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta.
Husaini, MA dkk.1989. Study Nutrition Anemia Anassesment of Information
Complication
for Mulating National Policy and Program. Jakarta : Slemba Medika.
Harper. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press, Jakarta.
Waryana. 2008.Gizi Reproduksi : Yogyakarta Pustaka Rihama
No comments:
Post a Comment
SIlahkan, ramaikan blog ini dengan komentar anda :)
Be the nice visitor :D