05 February 2015

MAKALAH KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN ASAM BASA

MAKALAH KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN ASAM BASA. Kali ini Irfan Caldaro akan share mengenai makalah yang telah dibuat oleh teman - teman dan saya. Saya harap negebtu tugas sih. ini dia :

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGIS
KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN ASAM BASA

Description: G:\untitled.JPG
Disusun oleh :
1.      Marisa Fajar Anisa                              (20120191163)
2.      Muhamad Irfan Ardiansyah               (20120191165)
3.      Novita Rachmawati Andriasari          (20120191169)
4.      Nur Hisyam Ashari                             (20120191170)
5.      Zuli Sutriani                                        (20120191179)
                              
AKADEMI PERAWATAN KARYA BAKTI HUSADA
Tahun 2012/2013




PENDAHULUAN
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.

A.        KOMPOSISI CAIRAN TUBUH MANUSIA
            Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
            Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

B.        PERGERAKAN CAIRAN TUBUH
            Pergerakan antar kompartemen (intrasel, plasma dan interstisial) di kontrol oleh dua kekuatan yaitu: tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic. Tekanan hidrostatik merupakan tekanan yang mendorong air untuk keluar dari plasma ke interstisial. Tekanan tersebut sekitar 282 mOsmle/L. Tekanan osmotic merupakan tekanan yang mempertahankan air tetap dalam plasma dan menarik air dari interstisial. Tekanan osmotic sekitar 281 mOsmole/L.

C.        KESEIMBANGAN CAIRAN DAN KONSENTRASI ZAT TERLARUT
            Total konsentrasi zat terlarut di interstisial sedikit lebih rendah dibandingkan dengan plasma. Sedangkan konsentrasi air dalam interstisial lebih tinggi daripada plasma. Perbedaan tersebut diatas karena adanya protein dalam plasma.Memahami konsep keseimbangan cairan dan konsentrasi zat terlarut pada setiap kompartemen ini juga akan memudahkan kita memahami mekanisme terjadinya edema. Edema diakibatkan karena ketidakseimbangan pergerakan cairan. Hal ini terjadi karena:
1. Protein plasma keluar dari sirkulasi saat dinding pembuluh darah rusak.
2. Pada penyakit hati dimana terjadi penurunan sintesis protein plasma
3. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler
4. Obstruksi pembuluh limfatik
Reaksi peradangan, respon terhadap infeksi, atau kerusakan jaringan sehingga kapiler menjadi lebih permeabel.
HPO4²‾ + H+ NH3 + H+
↓ ↓
H2PO4‾ NH4+ (amonium)
↓ ↓
----------------------------------
Keluar dengan urine dan mempengaruhi pH antara 5 - 8
Secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut :
Bila tubuh mengalami kondisi asam :
1. CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3‾ ( H+ akan dikeluarkan dan diikat oleh NH3ˉ atau HPO4²‾, sedangkan HCO3- akan direabsorpsi).
2. NH3 + H+ → NH4 → dikeluarkan ke urine
3. HPO4²ˉ + H+ → H2PO4‾ → dikeluarkan ke urine

Bila tubuh mengalami kondisi Basa :
1. H+ + HCO3ˉ → H2CO3 → CO2 + H2O (akan masuk kedalam darah untuk di sirkulasi)
2. Sedikit amonia yang dibentuk untuk mencegah H+ keluar dengan urine melalui NH4+
3. H2PO4‾ → HPO4²‾ + H+ (H+ akan diambil HCO3ˉ untuk dibentuk menjadi H2CO3 yg bersifat asam)
Gambar sekematik berikut ini menjelaskan beberapa mekansime terjadinya asidosis dan alkalosis.

D.        KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
         Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
         Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
1.         Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
2.         Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
         Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
         Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus  koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.
E.        KESEIMBANGAN ASAM-BASA
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1.         pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
2.         katabolisme zat organik
3.         disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1.         perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2.         mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
3.         mempengaruhi konsentrasi ion K
bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
1.         mengaktifkan sistem dapar kimia
2.         mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
3.         mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar:
1.         Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2.         Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3.         Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
4.         Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
F.         KETIDAKSEIMBANGAN ASAM-BASA
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1.         Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
2.         Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H menurun.
3.         Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4.         Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting.

Penyebab Klinis gangguan asam basa
        Asidosis Respiratorik dapat disebabkan oleh penurunan ventilasi dan pembentukan Pco2. Keadan ini terjadi pada kerusakan pusat pernafasan, Obstruksi jalan nafas, pneumonia dan penurunan luas permukaan membran pulmonal. Alkalosis Respiratorik dapat disebabkan oleh peningkatan ventilasi dan penurunan Pco2 seperti pada pasien dengan neurosisdan mendaki.
Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi bikarbonat cairan ekstraseluler misalnya pada kegagalan ginjal, mengeluarkan asam metabolik normal yang dibentuk tubuh, Pembentukan asam metabolik yang berlebihan, Penambahan asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan dan infus asam dan Kehilangan basa dari cairan tubuh yang memiliki efek yang sama kedalam cairan tubuh. Keadaan yang menyebabkan asidosis metabolic diantaranya adalah asidosis tubulus ginjal dimana terjadi gangguan dalam mekanisme sekresi hidrogen dan/atau reabsorpsi bikarbonat. Diare, muntah, diabetes mellitus, penyerapan asam dan gagal ginjal kronis juga merupakan keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan asidosis metabolic.
Peningkatan konsentrasi bikarbonat pada cairan ekstraseluler yang dapat menyebabkan alkalosis metabolic dapat terjadi pada pasien-pasien yang mengalami Pemberian diuretic, kelebihan aldosteron, memuntahkan isi lambung atau penyerapan obat alkalis.
KESIMPULAN
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

















Daftar Pustaka
Sherwood, Lauralee. (2004). Human Physiology: From cells to system. 5th ed. California:          Brooks/Cole-Thomson Learning, Inc.
Silverthorn, D.U. (2004). Human Physiology: An Integrated approach. 3th ed. San Fransisco:       Pearson Education.
http://djibrilnursemind.blogspot.com/2008/12/anatomi-fisiologi-cairan-elektrolit-dan.html

Read more ...

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

Berikut admin sampaikan artikel yang telah dibuat oleh kami, semoga bermanfaat.. tlong cantumin alamat webnya ya.

PEMENUHAN KEBUTUAHN NUTRISI

A.   Latar Belakang   


Salah satu dari sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia untuk dapat tetap melangsungkan kehidupannya adalah kebutuhan makan dan minum. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa makanan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia.  Siapa pun dia, dari kelompok mana ia berasal, berapa pun umurnya, dalam keadan sehat ataupun sakit, semua membutuhkan makanan untuk bisa tetap bertahan hidup. Dalam teori hierarki kehidupan, makanan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi (Waryana, 2008).
Makan merupakan salah satu naluri yang diperoleh manusia sejak lahir. Tidak ada orang yang mengajari untuk makan. Dalam memilih makanan orang mempunyai selera dan faktor lain sesuai pergaulan dan kebiasaan sehari-hari. Secara khusus makanan mempunyai fungsi “ BIOLOGIS “. Makanan ayang terdiri berbagai unsur ( Protein, Lemak, Hidrat Arang, Vitamin, Mineral dan Air ) di dalam tubuh mempunyai  3 fungsi utama :sebagai zat pembangun, sebagai sumber tenaga, dan sebagai zat pengatur. Ketiga fungsi makanan tersebut harus ada dalam tubuh. Karena itu kita harus mengkonsumsikan zat gizi protein, lemak, hidrat arang, vitamin dan mineral setiap hari dalam komposisi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan. Manusia membutuhkan bahan-bahan untuk bergerak, membangun, mengatur dan melindungi. Bahan-bahan itu merupakan zat-zat makanan yang berasal dari makanan sehari-hari. Zat-zat makanan disebut juga zat-zat gizi terdiri dari hidrat arang, protein, vitamin, lemak, mineral dan air.
Makanan dalam pandangan sosial-budaya, memiliki makna yang lebih luas dari sekedar sumber nutrisi. terkait dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan dan ketentraman di dalam kehidupan komuniti manusia. Keragaman budaya merupakan keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta orang yang tersebar diberbagai pulau di Indonesia dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi.
Pangan merupakan kebutuhan hakiki manusia, sehingga pemenuhan akan pangan menjadi prioritas perhatian seluruh negara di dunia. Menurut peraturan Pemerintah Nomor : 68 Tahun 2002, Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Karena itu, dalam upaya membangun SDM yang berkualitas dibutuhkan pangan yang beragam, bergizi, dan seimbang sesuai dengan fungsi makanan sebagai sumber zat tenaga, sumber zat pengatur, dan sumber zat pembangun (triguna makanan). Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta  tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga maupun wilayah/ daerah, ditentukan oleh berjalanya sistim ketahanan pangan pada rumah tangga, daerah/ wilayah yang bersangkutan. Apabila sistim ketahanan pangan yang meliputii sub sistim ketersediaan, sub sistim distribusi dan sub sistim konsumsi secara sinkron berjalan bersama dan lancar maka ketersediaan pangan yang ada pada rumah tangga ataupun wilayah dan daerah tetap tercukupi.
Pola konsumsi atau kebiasaan makan adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih  makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh pengaruh fisiologi, psikologi, bidaya, dan sosial. Kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilhan terhadap makanan.Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai nilai “ affective “ yang berasal dari lingkungan ( alam , budaya, sosial, ekonomi ) di mana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan terhadap makanan, hanya saja wilayah kejiwaannya adalah nilai nilai “ cognitive” yang berkaitan dengan kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik. Dan pemilihan adalah proses “ psychomotor “ untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan kepercayaannya (Waryana, 2008).
Kebiasaan makan dalam kelompok  masyarakat memberikan dampak pada distribusi makanan antar anggota  keluarga, berkaitan dengan mutu serta jumlah bagian tiap anggota  hampir selalu didasarkan pada status hubungan  antar anggota, bukan atas dasar pertimbangan pertimbngan gizi. Selain itu kebiasaan makan juga berpengaruh pada ketahanan pangan dalam rumah tangga. Jika dalam satu keluarga memiliki kebiasaan mengkonsumsi beberapa jenis bahan pangan dan tidak membiasakan mengkonsumsi aneka ragam bahan pangan, ketika bahan pangan tersebut jarang dipasaran, rumah tangga tersebut akan mengalami rawan pangan (Waryana, 2008)
Menurut Waryana  (2008), Kebiasaan makan umumnya ditentukan oleh dua hal pokok yaaitu faktor ektrnsik ( yangg berasal dari luar manusia ) dan intrinsik ( yang berasal dari dalam manusia ). Yang termasuk faktor ektrinsik adalah lingkungan alam, sosial budaya, ekonomi dan agama. Budaya makan adalah suatu rangkaian adat & tradisi makan yg membawa ke arah gerakan berpikir, serta berperasaan sesuai dengan yang diinginkan. Budaya merupakan cara hidup manusia. Budaya mengajarkan bagaimana orang bertingkah laku & berusaha dalam memenuhi kebutuhan dasar biologic. Budaya makan memepengaruhi kebiasaan seseorang dalam memilih makanan yang akan dikonsumsinya. Dan secara langsung akan berpengaruh pada tingkat kesukaan seseorang terhadap makanan. Dari kebiasaan seseorang tersebut akan juga memepengaruhi kebiasaan orang lain. Misalnya seorang ibu memegang peran dalam menentukan menu makanan dalam keluarga, ibu menyajikan hidangan untuk keluarga akan dipengaruhi oleh persepsi ibu terhadap makanan, ketarsediaan pangan, dan kondisi ekonomi keluarga. Sehingga kebiasaan pola menu yang disajikan untuk keluarga tersebut akan mempengaruhi pula pada kebiasaan makan pada anggota keluarga. Selain itu ibu memiliki peran mengenalkan budaya makan terhadap beberapa pangan pada anaknya sejak usia dini. Yang nantinya akan mempengaruhi kebiasaan dan tingkat kesukaannya terhadap makanan.


B.   Pengertian Gizi
Gizi atau nutrisi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Zat gizi adalah unsur yang  terdapat dalam makanan dan dapat mempengaruhi kesehatan. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. Namun ada pendapat lain, gizi adalah zat-zat yang diperlukan tubuh yang berasal dari makanan.

    1. Makanan
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat – zat gizi dan   atau  unsur – unsur / ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh. Bahan makanan berasal dari tumbuhan ( bahan nabati )  maupun hewan ( bahan hewani).

    1. Keadaan Gizi
Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologi akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.

    1. Status Gizi (Nutrition Status)
Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Gibson (1990) menyatakan status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya

    1. Malnutrition (Gizi Salah, Malnutrisi)
Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi.
Ada 4 bentuk malnutrisi:
    1. Under Nutrition         : Kekurangan konsummsi pangan secara relatif         atau absolut untuk periode tertentu.
    2. Specific Deficiency   : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan  Vitamin A, Fe, dll.
    3. Over Nutrition           : Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
    4. Imbalance                  : Karena disporsisi zat gizi.

         Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang Energi protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.

  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
            Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional (Depkes, 2000), penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:
            Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam  dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.
            Kedua, yaitu penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.
            Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. 

D.   Fungsi Makanan Bagi Tubuh


Makanan yang dikonsumsi pertama-tama berfungsi sebagai sumber energi. Zat makanan yang dapat digunakan untuk energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang terkandung dalam zat gizi dapat diukur menggunakan alat Bomb Calorimeter disebut energi pembakaran. Karbohidrat dapat dihidrolisis menjadi glukosa yang merupakan energi utama bagi tubuh. Protein dan lemak juga dapat memproduksi glukosa melalui proses glukoneogenesis.
Berdasarkan kebutuhan tubuh akan zat makanan,  maka kita dapat membagi makanan pada tiga golongan besar, yaitu makanan sumber zat tenaga untuk bergerak dan melakukan katifitas, terdapat pada nasi, kentang, gandum, tepung-tepungan dan umbi-umbian. Sedangkan zat pembangun terdapat pada ikan, daging, telur, ayam, kacang-kacangan, tahu dan tempe. Adapun sumber zat pengatur terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Dengan memanfaatkan ketiga golongan bahan makanan tersebut maka dapat terpenuhi kebutuhan hidup kita akan zat-zat makanan hingga tubuh dapat melakukan kegiatan hidup dengan baik. Kebutuhan makanan tiap orang berbeda satu sama lain, tergantung jenis kelamin, aktivitas, tinggi dan berat badan serta usia. Namun yang perlu ditekankan di sini, hendaklah dalam memenuhi kebutuhan tubuh kita terhadap makanan sebaiknya secukupnya saja, tidak berlebihan.

            Jika kita mengamati pola makan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka kita akan dapati bahwa beliau sangat memperhatikan beberapa aspek, diantaranya aspek faidah, kenikmatan dan penjagaan terhadap kesehatan, seperti yang ditetapkan oleh ilmu kedokteran baik dulu maupun sekarang, bahwa mengkonsumsi makanan secara berlebihan akan mengakibatkan berbagai penyakit, dan beliau tidak pernah makan

         Bahan makanan umumnya mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Oleh karenanya makanan yang paling cocok adalah makanan yang seimbang ( balanced diet ), yang jumlahnya sesuai kebutuhan tubuh seseorang yang berdasar pada ukur tubuh, usia dan jenis aktivitas atau pekerjaan setiap hari. Dalam makanan ada 5 kelompok zat gizi :
  1. Hidrat Arang.
  2. Protein
  3. Lemak
  4. Vitamin
  5. Mineral

a.    Energi dan Karbohidrat
Energi sangat diperlukan tubuh agar tubuh dapat melakukan berbagai aktivitas kehidupan. Nutrient – nutrient yang ada dalam tubuh akan digunakan terutama untuk mencukupi kebutuhan energi. Kebutuhan energi per orang per hari  relatif tinggi. Sumber energi  diperoleh dari  lemak, protein dan karbohidrat. Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori, protein 4 kalori, dan karbohidart 4 kalori. Energi dibutuhkan tubuh untuk: 1). Metabolisme basal, 2). Pemeliharaan sel dan jaringan, 3). Pertumbuhan, 4). Penyembuhan, 5). Pergerakan atas kegiatan tubuh secara keseluruhan (Almatsier 2003).
Kecukupan energi adalah sejumlah energi dari makanan untuk mengimbangi energi yang digunakan bagi perorangan dengan ukuran komposisi tubuh serta kegiatan jasmani yang dapat menjamin kesehatan dalam  jangka panjang, serta tetap terpeliharanya segala kegiatan yang dilakukan. kekurangan energi kan menurunkan kapasitas kerja. Hal ini biasanya terjadi sebagai proses kronis dengan akibat penurunan berat badan.

Bahan makanan penghasil utama energi adalah bahan makanan pokok. Disini zat gizi utama yang menghasilkan energi itu adalah karbohidrat khususnya tepung (amylum). Pada serealia sebagai bahan makanan pokok, jumlah protein yang dikonsumsinya mencapai kwantum yang cukup signifikan, karena bahan makanan pokok biasanya dikonsumsi dalam jumlah yang cukup besar. Kita ketahui bahwa protein juga menghasilkan energi sama dengan karbohidrat setiap gramnya. Maka pada bahan makanan pokok serealia, energi yang dihasilkan berasal dari karbohidrat maupun protein.
Energi dalam jumlah besar terutama diperlukan untuk kerja otot skelet yang melakukan kerja luar. Kita lihat bahwa para pekerja kasar memerlukan bahan makanan pokok ini dalam jumlah besar untuk sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan berat.  Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi  tubuh, selain itu karbohidrat juga punya fungsi lain yaitu karbohidrat diperlukan  bagi kelangsungan  proses metabolisme lemak. Diketahui juga  karbohidrat mengadakan aksi penghematan terhadap protein. Bila pemasukan karbohidrat dibatasi, akan membakar terlalu banyak asam amino dan lemak untuk menghasilkan energi.
       Pangan sumber karbohidrat misalnya : serealia, biji – bijian, gula, buah – buahan, umumnya mengandung paling sedikit 50% atau separuh kebutuhan energi keseluruhan. Pangan tersebut merupakan makanan pokok karena umumya dikonsumsi hampir seluruh anggota masyarakat serta harga relatif murah. Kelebihan karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen sebagai energi siap pakai pada saat tubuh mengalami kekurangan. Fungsi lain adalah mengatur peristaltik usus terutama usus besar. Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna. Bila energi tidak cukup tersedia maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan katabolisme lemak, akibatnya terjadi penumpukan badan – badan keton, dan terjadi keasaman pada adarah (asidosis). Dalam hal ini karbohidrat berfungsi sebagai fat sparer.
 Karbohidrat sebagai sumber energi utama bagi otak dan susunan syaraf otak dan susunan syaraf hanya dapat mempergunakan glukosa sebagai energi, sehingga ketersediaan glukosa yang konstan harus tetap terjaga bagi kesehatan  jaringan tubuh/ organ tersebut. Demikian juga kekurangan glukosa dan oksigen akan menyebabkan kerusakan otak/kelainan syaraf yang tidak dapat diperbaiki. Sumber karbohidrat yang sulit dicerna, termasuk didalamya serat kasar, sebaiknya dikurangi seminimal mungkin.

b.    Protein 
Salah satu fungsi protein bagi tubuh adalah untuk   pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Protein sebagai zat pembangun yaitu merupakan bahan pembangun jaringan baru. Tubuh yang menerima cukup makanan bergizi akan mempunyai simpanan – simpanan protein untuk dipergunakan dalam keadaan darurat. Tetapi  bila keadaan tidak menerima menu seimbang/mencukupi kebutuhan tubuh terus berlanjut, maka gejala – gejala kurang protein akan timbul. Sebagai pembangun tubuh (body building ) protein berfungsi :
1)    Bagian utama dari sel inti(nucleus) dan protoplasma
2)    Bagian padat dari jaringan tubuh misalnya otot,glandula, sel -sel darah.
3)    Penunjang organik dari matrix tulang,gigi,rambut dan kuku.
4)    Bagian dari Enzim
5)    Bagian dari hormon
6)    Bagian dari cairan yang di sekresikan kelenjar kecuali empedu, keringat, dan urine.
7)    Bagian dari antibodi (zat kekebalan tubuh). Berarti protein penting
             peranannya dalam menjaga kekebalan tubuh dari infeksi.
        Protein sebagai pengatur turut memelihara dan mengatur proses-proses yang berlangsung dalam tubuh. Hormon yang mengatur proses pencernaan dalam tubuh terdiri protein, mineral, dan vitamin yang bergabung dengan protein membentuk enzim-enzim yang berperanan besar untuk kelangsungan proses pencernaan dalam tubuh. Protein sebagai bahan bakar karena komposisi protein mengandung unsur karbon maka protein dapat berfungsi sebagai bahan bakar sumber energi. Bila tubuh tidak menerima karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan tubuh, maka untuk menyediakan energi bagi kelangsungan aktivitas tubuh, protein akan dibakar sebagai sumber energi. Dalam keadaan ini, keperluan tubuh akan energi akan diutamakan sehingga sebagian protein tidak dapat digunakan untun membentuk jaringan. Protein untuk usia pra sekolah (TK) sebaiknya yang bermutu tinggi, yaitu protein yang memiliki mutu cerna (digestibility) dan daya manfaat (Utilizable) tinggi, umumnya adalah protein hewani.
Tabel . 1
Tabel Angka Kecukupan Protein Per Orang Per Hari
GOLONGAN UMUR
BERAT BADAN (kg)
TINGGI BADAN  ( cm)
Protein
(gr)
Wanita
10 –12 tahun
13 – 15 tahun
16 – 19 tahun
20 – 45 tahun
46-59 tahun
Ø  60 tahun
Ø  Hamil

35
46
50
54
54
54

140
153
154
156
154
154


54
62
51
48
48
48
12
         Sumber : LIPI, 2005

c.    Lemak/Minyak
 Lemak berperan sebagai sumber dan cadangan energi, sumber asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, penyebab makanan mempunyai kelunakan dan kekerasan (textur) khusus, penyebab lamanya waktu pengosongan lambung, dan sebagai lapisan lemak tubuh dibawaj kulit. Asam lemak  yang menyusun lemak tersiri  asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap. Tubuh kita tidak m,ampu ataupun hanya mempunyai kemampuan yang sangat terbatas untuk mensintesis asam lemak  yang ikatan rangkapnya dua atau lebih. Karena itu asam lemak itu harus didapatkan dari makanan, maka disebut asam lemak sesensial.
Ada tiga macam asam lemak esensial yaitu asam linoleat,asam linolenat dan asam arakhidonat. Lemak nabati pada umumnya banyak mengandung asam lemak esensial daripada lemak hewani. Minyak kelapa, yang banyak dipakai di Indonesia, termasuk lemak nabati yang kandungan asam lemak esensialnya rendah. Minyak jagung, minyak kacang, minyak kedele dan minyak biji kapas mengandung asam lemak esensial yang cukup tinggi. Anjuran konsumsi lemak selain sebagai sumber energi, peran dalam penyerapan zat gizi yang larut lemak, dan peran lain terutama mencegah  peninggian kolesterol darah maka kencenderungan kecukupan asam lemak esensial adalah sekitar 10%  daro total konsumsi energi. Dengan demikian anjuran konsumsi lemak total sekitar 25% totaal energi. Konsumsi lemak rata – rata di Indonesia saat ini adalah sekitar 20% dari total energi.
Pada akhir-akhir ini banyak didiskusikan peranan asam lemak eikosapentanoat(EPA) dan docosa heksanoat (DHA), yang juga disebut asam lemak omega-3 rantai panjang dalam mencegah artherosklerosis serta agregasi keping-keping darah disamping bukti-bukti mutakhir mengungkapkan pentingnya asam lemak omega –3 ini untuk pembentukan otak. Proporsi DHA dalan fosfolipid otak manusia adalah paling tinggi. Manusia memounyai keterbatasan dalam mengubah asam linolenat menjadi EPA dan DHA. Karena itu, beberapa pakar berpendapat  docosaheksaenoat dikatagorikan asam lemak esensial. Dan ikan merupakan sumber asam lemak jenis omega-3(muhilal,dkk.1996).

d.    Peranan Vitamin
Vitamin adalah zat gizi mikcro yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit. vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin a, d, e dan k, sedangkan vitamin yang larut dalam air adalah vitamin b dan vitamin c.
vitamin b terdiri dari:vitamin b1 (tiamin),  vitamin b2 (riboflavin), vitamin b6 (piridoksin), asam pantotenat, niasin, biotin,  asam folat, dan vitamin b12 (kobalamin). Kebutuhan setiap individu/hari  yang dianjurkan (jumlah rata-rata yang diperlukan setiap harinya untuk tetap sehat), telah ditetapkan untuk masing-masing vitamin. Seseorang yang terlalu banyak atau terlalu sedikit mengkonsumsi vitamin tertentu bisa mengalami kelainan gizi.

E.    Mineral
Mineral adalah bagian yang penting dari makanan sehat. Bila seseorang mengkonsumsi berbagai variasi makanan, maka kemungkinan untuk mengalami kekurangan vitamin dan mineral adalah sangat kecil. Orang-orang yang menjalani diet ketat mungkin tidak mendapatkan cukup vitamin atau mineral tertentu. contohnya seorang vegetarian yang sangat ketat bisa mengalami kekurangan vitamin B12, yang hanya bisa diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan.. Sebaliknya, mengkonsumsi sejumlah besar vitamin dan mineral tambahan tanpa pengawasan medis, dapat menimbulkan efek yang berbahaya.
Karena zat-zat tersebut dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah relatif besar dan juga disebut beberapa mineral natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat dan magnesium, dimasukkan kedalam golongan makromineral. Mineral lainnya merupakan mikronutrisi, karena dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil dan juga disebut mikromineral. Yang termasuk ke dalam mikromineral adalah zat besi, seng, tembaga, mangan, molibdenum, selenium, yodium dan fluorida. Kekurangan mineral, kecuali zat besi dan yodium, jarang terjadi. Kelebihan beberapa mineral bisa menyebabkan keracunan.

D. Kebutuhan Nutrisi

Pemeliharaan gizi yang baik perlu pengelolaan yang menyeluruh dan pencegahan penyakit. Banyak komplikasi yang memburuk dapat dicegah atau dimodifikasi dengan memperhatikan status gizi dan pencegahan kekurangan gizi. Oleh karena itu, pengelolaan yang efektif terhadap pasien yang sakit perlu evaluasi rinci terhadap makanan dan status gizi maupun proyeksi interaksi makanan dan status gizi pada program klinis. Kemudian, tujuan maupun teknik-teknik pengelolaan gizi yang sesuai dapat dipilih dan dapat pula disusun petunjuk gizi guna mencegah penyakit maupun upaya peningkatan kesehatan.
Tujuan pada bagian ini merangkum beberapa pertimbangan utama untuk memperkirakan kebutuhan gizi dan penentuan tujuan untuk perawatan. Penentuan kebutuhan gizi masing-masing pasien harus mempertimbangkan respon/tanggapan fisiologis terhadap pemasukan makanan yang normal dan ketimpangan/ ketidakseimbangan gizi akibat penyakit.
Untuk merumuskan seluruh rencana bagi kebutuhan gizi, orang harus mempertimbangkan kebutuhan gizi pasien serta dampak penyakit terhadap kebutuhan ini. Keseimbangan energi dalam istilah yang paling sederhana berarti pemasukan energi yang menjaga bobot tubuh yang tetap. Ketidakcukupan energi tercermin dalam kurangnya bobot, dan kelebihan energi menyebabkan tambahan bobot. Kondisi-kondisi yang secara substansial mengubah kebutuhan gizi mencakup infeksi, trauma (termasuk pembedahan), penyalahgunaan alkohol, dan salah serap (malabsorpsi).

D. PERKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI

Salah gizi terjadi ketika pemasukan gizi berada di bawah kebutuhan gizi. Meski gangguan dapat timbul dari kelebihan gizi, secara umum istilah itu mengacu pada kekurangan gizi (undernutrition). Kekurangan gizi dapat disebabkan oleh tidakcukupnya pemasukan atau absorpsi atau karena meningkatnya kebutuhan metabolik akibat penyakit, termasuk hilangnya dan sekresi gizi serta antagonisme gizi-obat.
Komponen-komponen kebutuhan energi harian terdiri dari tingkat metabolik basal (BMR) ditambah energi aktivitas dan efek termik makanan. Tingkat metabolik basal (BMR), atau lebih tepatnya, tingkat metabolik resting (RMR) merupakan ukuran jumlah energi yang dikeluarkan pada saat rest (istirahat) dan tanpa makanan; energi aktivitas merupakan ukuran energi yang dikeluarkan untuk beragam aktivitas fisik. Efek termik dari makanan (TEF) yang juga disebut termogenesis yang dipengaruhi oleh makanan (DIT) dan sebelumnya disebut aksi dinamik spesifik merupakan perkiraan jumlah kalori yang dihasilkan sebagai panas selama pencernaan, absorpsi, dan metabolisme makanan. RMR terhitung dua pertiga dari total kebutuhan energi dan dipengaruhi oleh ukuran tubuh (tinggi dan bobot), usia, jenis kelamin, dan kebiasaan / habitus. Tersedia beberapa metode klinis untuk memperkirakan pemakaian energi.

D.1. Perkiraan Tingkat Metabolisme Istirahat (Resting metobolic
      Rate/RMR)
Sebagian besar metode berbasis pada kalorimetri, ukuran konsumsi oksigen di bawah kontrol yang seksama,misal: selama puasa,pada pagi hari, dan selama satu jam. Tingkat metabolik yang lebih bermanfaat akan mencerminkan tingkat dimana energi dikonsumsi dalam situasi kehidupan normal aa pada saat rest / istirahat sepanjang hari, termasuk periode asimilasi makanan. Perkiraan klinis biasanya dari RMR yang dibahas di bawah ini lebih berdasarkan pada penilaian tidak langsung daripada pengukuran yang benar. Namun demikian, perkiraan tersebut seringkali sangat bermanfaat.
Metode-metode perkiraan yang dibahas oleh Harrris dan Benedict sangat sering digunakan untuk memperkirakan RMR. Rumus-rumus untuk menghitung BMR (dalam kcal per hari) dengan menggunakan empat variabel usia, tinggi, bobot dan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

BMR pria     = 655 + (9,5 x W) + (1,8 X H)-(4,7 x A)
BMR wanita  = 66 + (13,7 x W)+ (5 x H)-(6,8 x A)

dimana: W adalah bobot aktual (kg), H adalah tinggi (cm) dan A adalah usia (tahun).

Persamaan untuk RMR lebih sederhana daripada persamaan dari Harris dan Benedict dan persamaan itu berdasar pada data yang lebih komprehensif. Karena orang yang memiliki bobot sama namun memiliki tinggi yang berbeda memiliki RMR serupa, rumus-rumus tersebut hanya didasarkan pada bobot, usia dan jenis kelamin. Nilainya berlainan dengan rumus-rumus sebelumnya yang sebagian besar untuk wanita, dimana terdapat kelebihan perkiraan untuk bobot di atas 40 kg, yang mencapai kesalahan sebesar hampir 18 persen dengan bobot sebesar 80 kg. Harus diingat bahwa prediksi RMR (atau BMR) bisa jadi terlampau tinggi atau terlampau rendah memperkirakan nilai yang diukur dengan 20 atau bahkan 30 persen dari masing-masing individu.

D.2. Pengaruh Diit Terhadap Pengaturan Suhu (Diet Induced
       Thermogenesis/DIT)
Masuknya gizi dalam makanan menyebabkan panas atau produksi energi yang berlebihan dari BMR. Campuran makanan menyebabkan kenaikan hampir sebesar 6 hingga 20 persen di atas basal dalam kalori yang digunakan sebagai panas. Efek termogenik protein juga paling besar, kemudian disusul karbohidrat, dan lemak paling tidak efektif. Efek kaloriginik makanan tampaknya berkaitan erat dengan energi yang dibutuhkan bagi pembentukan ATP, dimana protein (lewat pembagian asam amino dan sintesis urea) menjadi adalah substrat oksidatif. Sebagian besar efek timbul dalam otot dan liver, dan terjadi apakah pemasukan bersifat enteral atau parenteral. Pada pasien hipermetabolik, termogenesis yang dipengaruhi oleh makanan kurang menonjol karena produksi panas kurang sudah meningkat. Dalam menghitung kebutuhan energi tambahan untuk pasien hipermetabolik, DIT harus dipertimbangkan lebih dari 5 persen kebutuhan total energi.



D.3. Perkiraan Energi untuk Aktivitas
Pemakaian energi aktivitas fisik terhitung sepertiga dari total pemakaian energi pada sebagian besar kondisi dan bervariasi dari 6 hingga 36 kJ (1,5 hingga 8,5 kcal) per kilogram bobot tubuh per jam (Tabel 70-3). Faktor ini jelas lebih penting untuk menghitung kebutuhan energi untuk pasien aktif, bisa berjalan. Beberapa jenis pekerjaan (misal: berkebun) dapat melelahkan kelompok-kelompok otot tertentu tanpa menggunakan sejumlah besar kalori. Biasanya, senam apapun yang mengakibatkan terangkatnya tubuh dari tanah (misal: lari) menggunakan banyak sekali kalori. Meski pengukuran yang tepat dengan kalorimetri tersedia untuk banyak aktivitas, sangat mudah untuk menggunakan pendekatan ketika memperkirakan kebutuhan energi.

D.4. Kebutuhan Energi Tambahan dari Penyakit
Produksi panas meningkat karena demam dan luka / inflamasi. Namun demikian, ketika konsumsi oksigen bertambah, DIT pun berkurang, dan energi aktivitas turun akibat imobilitas. Oleh sebab itu, kebutuhan energi harian pada orang-orang sakit biasanya hanya sedikit lebih besar dibanding kebutuhan ketika orang itu sehat. Tentu saja, kebutuhan energi bagi sebagian besar pasien, meski selama menderita sakit parah, jarang melampaui 12.500 kj (3000 kcal) per hari. (Perkiraan sebelumnya tentang kebutuhan kalori yang meningkat secara masal pada pasien sepsis belum terbukti). Hampir 20 persen seharusnya ditambahkan pada perkiraan energi resting bagi pasien yang tetap tiduran, dan 30 persen seharusnya ditambahkan pada pasien yang bisa berjalan. Beberapa penyakit yang parah memerlukan suplementasi kalori tambahan, yakni tambahan 10 persen perkiraan RMR bagi penyakit ringan, 25 persen untuk penyakit sedang, dan 50 persen untuk penyakit parah.
Salah serap (malabsorpsi) menjadi penyebab khusus meningkatnya kebutuhan energi. Cara paling akurat namun kurang praktis untuk mengukur kehilangan kalori yakni kalorimetri feses. Namun demikian, ekskresi lemak dalam gram per hari (sebagaimana ditentukan pada kadar uji logam (assay) lemak feses 72 jam) x 38 kj (9kcal) per gram sama dengan hilangnya energi harian dari seluruh sumber, hilangnya energi fecal dari lemak (dalam kJ atau kcal) dikalikan dengan 2,5. Perkiraan ini mengasumsikan suatu rata-rata komposisi makanan dan malabsorpsi ekuivalen dari lemak, karbohidrat dan protein.

E. PERKIRAAN KEBUTUHAN PROTEIN

Keseimbangan protein, seperti keseimbangan energi, merupakan fungsi pemasukan (intake) yang berkaitan dengan penggunaan dan kehilangan. Biasanya, nitrogen yang berasal dari asam amino diekskresi dalam urin dan feses dan hilang dari kulit. Tidak seperti energi yang tersimpan dalam trigliserid dan glikogen, tidak ada protein (asam amino) yang disimpan dalam tubuh hanya untuk dimanfaatkan selanjutnya. Setiap protein berperan sebagai fungsi struktural atau metabolik; saat kelebihan protein yang masuk dalam asam amino di-transaminasi, dan porsi molekul non nitrogen menjadi sumber kalori untuk disimpan sebagai glikogen dan/atau lemak.

E.1. Hilangnya Nitrogen Obligatory
Urea terhitung lebih dari 80 persen nitrogen primer. Sisa nitrogen diekskresi sebagai kreatinin, porphyrin, dan senyawa-senyawa lain yang mengandung nitrogen. Dengan demikian, total hilangnya urin dari nitrogen = urea nitrogen (mg/dL) x volume harian (dL) : 0,8. Nitrogen uriner berkaitan dengan RMR. Semakin besar massa tubuh, semakin banyak terjadi transaminasi asam amino guna memenuhi kebutuhan energi. Setiap kilokalori yang dibutuhkan untuk metabolisme basal mengarah pada ekskresi sebesar 1 hingga 1,3 mg nitrogen uriner. Untuk alasan yang sama, ekskresi nitrogen meningkat selama orang melakukan senam atau bekerja berat.
Kehilangan melalui feses dan kulit mencakup banyak kehilangan proporsi nitrogen dari tubuh (sekitar 40 persen) pada kondisi biasa, tetapi besarnya kehilangan-kehilangan ini bervariasi dalam keadaan sakit. Dengan demikian, pengukuran nitrogen urin sering memberikan indeks yang bermanfaat dari kebutuhan nitrogen harian.
Kehilangan Nitrogen minimal (dalam gram per hari) dari orang yang berbobot 70 kg pada suatu makanan yang bebas nitrogen tetapi cukup energi mendekati 1,9 hingga 3,1 dalam urin, 0,7 hingga 2,5 dalam stool, dan 0,3 dari kulit untuk mean total kehilangan sebesar 4,4 per hari. Kehilangan protein ekuivalen dapat dihitung dengan mengalikan kehilangan nitrogen sebesar 6,25 sehingga total protein dengan metabolisme protein sebesar 4,4 x 6,25 atau 27,5 g/hari atau sekitar o,4 g/kg bobot tubuh untuk seorang yang memiliki bobot tubuh 70 kg. Jumlah protein yang direkomendasikan bagi orang dewasa bervariasi antara 0,6 hingga 0,9 g/kg untuk memberikan kemungkinan selisih aman. Senam yang dapat menaikkan kebutuhan akan protein hingga 1 g/kg bobot tubuh atau lebih tinggi.
Kebutuhan protein paling tinggi selama pertumbuhan muncul saat masih bayi dan remaja. Selama masa bayi, total cadangan protein bayi paling rendah, dan kehilangan wajib (obligatory loss) menjadi terbesar. Dengan demikian, kekurangan protein paling umum terjadi pada masa bayi. Kebutuhan akan protein sedikit menurun selama masa kanak-kanak dan kembali naik selama masa remaja. Kebutuhan minimal untuk tahap-tahap kehidupan ini sekitar 1,5 g/kg bobot tubuh per hari. Jumlah yang direkomendasikan (2 kg/kg bobot tubuh per hari) melebihi angka ini guna memberikan kemungkinan selisih aman bagi anak-anak yang memiliki kenaikan kebutuhan atau yang memasukkan protein dari nilai biologis yang rendah. Protein berkualitas rendah meliputi protein-protein berasal dari sayuran tertentu yang tidak mendukung pertumbuhan maupun protein-protein dari susu, telur, atau daging. Perbedaan dalam nilai gizi protein sebagian besar karena tingginya kadar asam amino pokok (essential) dalam protein hewani dan berkaitan dengan perbedaan-perbedaan dalam kemampuan pencernaan. Kebutuhan protein (dan energi) juga meningkat selama kehamilan dan menyusui.

F. KEBUTUHAN KALORI UNTUK PENGGUNAAN PROTEIN

Asam amino yang masuk tanpa sumber energi secara tidak efisien tidak dimasukkan dalam protein, sebagian karena kehilangan energi selama metabolisme asam amino. Selain itu, masuknya molekul asam amino ke dalam asam peptide memerlukan tiga ikatan fosfat berenergi tinggi. Akibatnya, kelebihan energi makanan atas kebutuhan basal meningkatkan efisiensi pemakaian nitrogen. Selama periode tersebut pertumbuhan yang intens pada anak-anak, sekitar 300 kJ(76 kcal) dari energi protein diperlukan untuk masing-masing gram protein. Pada orang dewasa yang bisa berjalan sekitar 200 kJ (50 kcal) dari sumber-sumber non protein diperlukan per gram protein. Rasio yang tinggi ini biasanya tidak dapat dicapai dengan makanan parenteral, karena pemasukan energi dibatasi oleh volume yang perlu untuk dimasukkan. Angka-angka yang dapat diterima untuk gizi parenteral sekitar 100 hingga 125 kj (25 hingga 35 kcal) dari sumber-sumber non protein per gram protein atau 600 hingga 750 kJ (150 hingga 180 kcal) per gram nitrogen.




G. KEBUTUHAN GIZI YANG DIANJURKAN UNTUK PROTEIN DAN ZAR 
    GIZI MIKRO (MICRONUTRIENT)

Panduan kebutuhan gizi dalam kesehatan telah dirumuskan dalam laporan-laporan, yang diperbaharui secara periodik, dari Food and Nutrition Board of the National Research Council Amerika Serikat. Jumlah makanan yang direkomendasikan mengekspresikan usia dan jenis kelamin dan dimodifikasi untuk kondisi-kondisi seperti kehamilan dan menyusui, dirancang untuk mencakup kebutuhan-kebutuhan semua individu yang sebenarnya sehat. Kecuali energi, jumlah yang diizinkan itu bukan merupakan rata-rata kebutuhan tetapi pemasukan yang direkomendasikan dan cukup memenuhi kebutuhan semua individu yang sehat.
Jumlah makanan yang direkomendasikan untuk protein (nitrogen), besi dan kalsium berdasarkan pada eksperimen-eksperimen dimana kebutuhan normal ditentukan sebagai pemasukan yang perlu untuk mencapai titik nol keseimbangan antara pemasukan dan output. Untuk sebagian besar vitamin, jumlah yang direkomendasikan merupakan pemasukan harian yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi penuh dan tingkat aman cadangan tubuh. Sebagian besar perkiraan mengasumsikan pencernaan normal dan absorpsi serta metabolisme normal. Pada beberapa kasus, perkiraan turnover harian dengan radioisotop atau teknik tracer isotop dipakai untuk menentukan jumlah bahan gizi yang diperlukan untuk menjaga cadangan tubuh. Oleh sebab itu, kemudian dinyatakan bahwa penyakit yang mempengaruhi efisiensi absorpsi atau yang merubah metabolisme atau kebutuhan gizi akan mengubah jumlah yang aman bagi individu tersebut. Selanjutnya, dikemukakan bahwa jumlah makanan yang direkomendasikan paling-paling menjadi panduan kasar bagi kebutuhan akan pemasukan gizi enteral oleh individu siapapun. Jumlah tersebut bisa menjadi perkiraan yang terlalu tinggi dari kebutuhan parenteral, utamanya dalam hal mikronutrien, karena dalam hal ini tidak ada jumlah yang perlu dibuat untuk ketidakefisienan ekstraksi makanan dan absorpsi. Daftar gizi yang penting ini dan perkiraan rentang pemasukan yang diperlukan bagi orang dewasa sehat.
Jumlah makanan yang direkomendasikan memberikan sedikit ketentuan bagi perubahan kebutuhan gizi bagi kaum lanjut usia. Kebutuhan gizi menurun secara progresif di luar usia 50 atau 60 tahun ketika massa (tulang) menurun dan pengeluaran / pemakaian energi metabolik resting berkurang. Kebutuhan Energi untuk aktivitas juga menurun ketika usia semakin lanjut dan mengarah pada gaya hidup yang sedenter (banyak duduk). Ada beberapa penelitian pada kaum usia lanjut yang menentukan perbedaan spesifik pada kebutuhan gizi. Sedikit penelitian tentang kaum usia lanjut yang menentukan perbedaan khusus dalam kebutuhan gizi. Saat ini, merupakan tindakan yang bijaksana untuk memberikan rekomendasi penuh pada tingkat orang dewasa atas protein, vitamin dan mineral meski dalam menghadapi pemasukan energi yang menurun. Untuk sedikit kaum usia lanjut, khususnya sedikit wanita, hal ini akan memerlukan perencanaan makanan yang meningkat dan bijaksana. Meningkatnya aktivitas fisik pada semua tingkat usia meningkatkan retensi / ketahanan massa otot tipis (lean) dan juga meningkatkan selera makan maupun pemasukan makanan.









DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2002. Prinsip  Ilmu Gizi Dasar. Gramedia, Jakarta.
Berg Alan. 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan. CV Rajawali, Jakarta.
Budiyanto, M. Agus Krisno, 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. UMM Press, Malang.
Dikmar Muh A1980. Anemia Difecienci Kehamilan. Jakarta :Cermin Dunia
                        Kedokteran
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1992.  Pedoman Pelayanan Kesehatan Prenatal di Wilayah Kerja Puskesmas.  Jakarta.
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996.  Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis.  Jakarta.
Depkes RI. 1997.  Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995.  Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.  Jakarta.

Husaini, MA dkk.1989. Study Nutrition Anemia Anassesment of Information   
Complication for Mulating National Policy and Program. Jakarta :  Slemba Medika.
Harper. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press, Jakarta.

Waryana. 2008.Gizi Reproduksi : Yogyakarta Pustaka Rihama

Read more ...